Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menegaskan bahwa kadernya tidak boleh membawa nama NU dalam berpolitik.

"Tidak boleh jualan nama NU meskipun itu menjadi Presiden," kata Said Aqil saat peringatan Hari Lahir ke-85 NU di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu.

Menurut dia, ormas NU tidak akan ikut dalam politik praktis. Kendati demikian, dirinya tidak melarang masing-masing kader NU untuk berpolitik praktis.

"Personal boleh berpolitik, tapi NU-nya tidak. Perseorangan boleh dong karena haknya warga negara berpolitik. Apakah mau jadi presiden atau kepala daerah," katanya.

Di tempat yang sama, Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid menilai, NU harus kembali meneguhkan sikapnya untuk membangun maslahat bagi masyarakat, tanpa terkait politik praktis.

"Hal tersebut merupakan sikap yang sangat bijaksana karena bagaimanapun NU itu dibutuhkan oleh semua bangsa ini, bukan hanya kelompok NU saja. Jadi kami menghargai sikap pengurus NU yang ingin melepas dari politik," kata putri almarhum KH Abudurrahman Wahid (Gus Dur) itu.

Oleh karena itu, anggota NU yang sudah berpolitik harus menjaga independensi NU supaya tidak terjerat dalam kepentingan sesaat.

Terkait ajakan kiai NU masuk ke PPP, Yenny menilai warga NU ini sangat cerdas dan mampu memilah-milah partai. Partai mana yang sungguh-sungguh membela kadernya atau parpol mana yang mengatasnamakan NU untuk kepentingan politiknya saja.

"Saya rasa warga NU sama seperti warga lainnya, butuh aspirasinya didengar. Butuh aspirasi politiknya didengarkan, dan kesejahteraan masyarakat yang paling utama diperjuangkan. Partai yang bisa mengawal kepentingan itu, pasti akan mendapat amanah dari warga NU," katanya.(*)

(T.S037/M026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011