Karena setiap individu, bahkan bisa memproduksi berita
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jendral Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Dirjen IKP Kemenkominfo) Usman Kansong mengharapkan para jurnalis yang bekerja di era digital bisa tetap mempertahankan nilai-nilai dasar jurnalisme sebagai standar memerangi ledakan informasi masa kini.

Nilai dasar jurnalisme menjadi patokan bagi jurnalis agar tetap dapat kredibel dan dipercayai oleh masyarakat di tengah kuatnya gempuran informasi hoaks di ruang digital.

"Di era disrupsi digital, salah satu tantangan yang dihadapi adalah jurnalisme instan atau instant journalism. Jurnalisme instan itu adalah jurnalisme yang mengutip begitu saja sumber informasi misalnya dari media-media sosial. Hal lainnya adalah tentu saja munculnya hoaks,” ujar Usman dalam sebuah webinar, Senin.

Baca juga: Media adalah oase di tengah gempuran hoaks COVID-19 di Indonesia

Menurutnya kemunculan jurnalisme instan ditandai dengan adanya pemuatan kutipan tanpa memilah informasi yang valid.

Seringkali jurnalisme instan itu diikuti dengan metode clickbait atau metode memilih judul berita yang sensasional, namun konteks beritanya jauh dari judul tersebut.

“Jurnalisme instan juga bisa dilihat dengan munculnya jurnalisme clickbait yaitu jurnalisme yang bombastis, sensasional, terutama judul dibuat demi menarik perhatian pembaca,” tuturnya.

Kondisi yang kerap terjadi di era digital itu, menurut Usman, akhirnya menciptakan kebebasan pers yang tidak terkendali.

Akibatnya sekarang seolah-olah berita menjadi barang yang mudah untuk diproduksi dan di saat-saat genting, berita kini tak lagi bisa menjadi sumber terpercaya.

Baca juga: Kominfo temukan 1.991 isu hoaks terkait COVID-19

“Karena setiap individu, bahkan bisa memproduksi berita. Sehingga, yang diberitakan bisa saja merupakan kabar bohong atau melainkan disinformasi, misinformasi, atau malinformasi yang lazim kita sebut sebagai hoaks,” katanya.

Usman mengingatkan maka dari itu peran jurnalis dalam menjalankan tugasnya sebagai pembawa kabar berita perlu didampingi dengan penerapan nilai-nilai jurnalistik yang baik.

Tentunya selain menjadi mata, telinga, dan mulut rakyat, jurnalis juga harus bisa memimpin pembahasan isu atau informasi yang membawa dampak positif bagi masyarakat.

Ia juga menyampaikan saat ini fungsi jurnalisme perlu ditambahkan dengan fungsi korelasional dan interpretatif.

Menurutnya kedua fungsi itu akan melengkapi fungsi informatif, memberi hiburan, kritik sosial, dan edukasi yang selama ini telah berjalan dengan baik.

“Semestinya (jurnalis) tidak menjadi pengekor tetapi menjadi pelopor wacana publik yang terjadi di masyarakat,” kata Usman.

Ia juga berpesan kepada para insan pers agar bisa tetap melakukan perannya dalam melakukan klarifikasi dan kontra narasi terhadap hoaks yang berkembang di masyarakat.

Tentunya dengan cara demikian, kepercayaan publik terhadap media- media arus utama dapat kembali dan tidak dikalahkan oleh kabar yang hanya berseliweran di media sosial.

Baca juga: Kominfo imbau Dewan Pers pastikan akurasi informasi diutamakan pers

Baca juga: Kominfo ajak masyarakat perangi hoaks, optimalkan komunikasi publik

Baca juga: Kominfo terus gencarkan literasi digital cegah hoaks di masyarakat

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022