Jakarta (ANTARA) - Pembelajaran campuran atau "blended learning" menjadi salah satu metode pembelajaran yang diadaptasi dalam beberapa waktu terakhir terutama di tengah pandemi COVID-19.

Ternyata tidak hanya pihak sekolah yang bertanggung jawab untuk kesuksesan pembelajaran anak didik, namun juga orang tua ternyata berpengaruh besar untuk menentukan buah hati dapat memahami pembelajaran dengan metode itu.

"Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk anak mereka bisa mendapatkan pendidikan komprehensif yang tepat yang jelas kita harus memahami tujuan dari pembelajaran, kemudian kita siapkan sumber yang mendukung, dan biarkan anak melakukan eksplorasi," kata Psikolog dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima dalam acara daring, Rabu.

Baca juga: Cegah COVID-19, LAN gelar pelatihan dasar CPNS "blended learning"

Terkait memahami tujuan pembelajaran, orang tua bisa melihat kurikulum yang dipelajari oleh buah hati setiap harinya.

Dari kontennya tersebut orang tua bisa mencari pembelajaran praktik yang dapat diterapkan langsung di rumah sehingga anak bisa aktif dan mengenal lebih dalam pembelajaran yang sebelumnya didapatkan di bangku sekolah.

Saskhya mencontohkan misalnya anak anda mendapatkan pelajaran mengenal hewan di kelasnya yang diikuti secara daring.

Hal yang bisa anda lakukan selanjutnya adalah mengajak anak anda mengeksplorasi rumah mencari hewan atau serangga untuk membuat anak lebih paham pelajarannya di sekolah.

Jika memang anda sungkan untuk keluar rumah di masa pandemi, maka orang tua bisa memanfaatkan internet dan mencetak gambar hewan- hewan yang anak anda misalnya belum ketahui dari pelajarannya di sekolah.

Dengan demikian interaksi langsung dengan lingkungan dan praktik mendalami ilmu bisa berjalan beriringan.

"Jadi pembelajaran yang didapat oleh anak tidak cuma dilihat dan didengar seperti teori saja namun anak bisa melakukan suatu kegiatan atau practical learning," kata Saskhya.

Di samping itu, orang tua juga harus mendampingi dengan tekun ketika anak melakukan eksplorasi.

Seringkali orang tua tidak sabar ketika anak sedang berusaha melakukan eksplorasi yang justru mengasah kemampuannya berpikir kritis dan kreatif sehingga metode pembelajaran campuran malah jadi tidak efektif.

"Kadang kita gatal gitu ya ingin bantuin anak, kayak menurut kita itu sebenarnya mudah dilakukan terus akhirnya anak malah jadi tidak belajar karena kita bantu. Untuk itu kita harus menunggu sampai anak bisa memecahkan masalahnya," kata Sashkya.

Pendampingan orang tua dalam metode pembelajaran blended learning juga penting agar anak tidak mengalami kecenderungan bergantung pada satu sisi saja saat menjalani pembelajaran.

Misalnya anak ketergantungan pada gadget, untuk itu orang tua perlu hadir dan terlibat memastikan pembelajaran bisa berjalan efektif.

Ketika anak mengeksplorasi teori lewat ruang digital, maka selanjutnya orang tua bisa ikut turun tangan untuk menyediakan bentuk fisik dan interaksi yang bisa mendorong nilai- nilai baik dari pembelajarannya.

"Sekarang semua hal instan, mungkin saja nantinya semua tinggal voice command selesai. Nah orang tua perlu ikut dalam pembelajaran untuk menumbuhkan karakter. Misalnya setelah belajar orang tua mengajak anak mewarnai gambar dari konten pelajarannya. Selain melatih motoriknya, kita juga melatih kesabaran, melatih anak untuk menyelesaikan tugas hingga selesai. Jadi blended learning pembelajaran langsung dan digital itu harus seimbang," tutupnya.

Baca juga: Orang tua milenial prioritaskan "soft skill" untuk pendidikan anak

Baca juga: Pembelajaran campuran di Jakut utamakan kualitas pendidikan siswa

Baca juga: Pembelajaran "blended learning" sesuai dengan kebutuhan anak saat ini

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022