Jakarta (ANTARA) - Wirausahawan Sosial, Helianti Hilman mengatakan ragam budaya yang dimiliki Indonesia berkontribusi mengubah pola konsumsi masyarakat yang kini menjadi sama di seluruh dunia.

“Indonesia ini menarik karena menjadi satu-satunya negara kepulauan dunia yang posisinya ada di garis Ekuator, jadi posisinya tepat berada di selatan dan utara,” kata Helianti dalam Kick Off  G20 on Education and Culture yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Helianti menuturkan lokasi Indonesia yang strategis membuat negara memiliki keragaman biodiversity, baik laut maupun darat, termasuk keragaman budaya yang berlimpah.

Baca juga: KBRI gelar 'A Day in Indonesia' di Hongaria, promosi budaya dan wisata

Lewat sejumlah kebiasaan ataupun cara pengolahan makanan, Indonesia dapat dijadikan memberi contoh sekaligus mengedukasi negara-negara lain yang memiliki bahan sama, namun memiliki cara pengolahan yang berbeda.

Sebagai contoh kebiasaan mengolah kelapa di Indonesia dan Brasil. Orang Brasil pada umumya tidak ada yang bisa memanjat pohon untuk mengambil nira yang bisa diolah kembali menjadi gula.

Ketika mereka melihat kebiasaan orang Indonesia yang berani memanjat dan memijit bunga nira, mereka terkejut dan baru mengetahui bahwa bunga itu dapat diolah menjadi bahan makanan lain atau seperti yang terjadi pada masyarakat di negara Kosta Rika.

Kosta Rika merupakan negara yang menjadikan bunga kecombrang sebagai bunga nasional. Biasanya masyarakat menggunakan bunga tersebut sebagai bahan hiasan untuk mempercantik dekorasi meja.

Namun, budaya Indonesia dalam mengolah bahan kecombrang yang biasa dipadukan dengan cabai dan minyak untuk dimakan, memberikan ilmu pada mereka, sehingga bisa ikut mengolah bunga tersebut menjadi sebuah sajian hidangan.

Ia mengatakan Indonesia yang kaya akan ragam pangan dan budaya seharusnya lebih banyak melakukan riset, seperti di Provinsi Papua yang memiliki banyak tanaman dengan rasa asin yang sering diolah oleh suku-suku menjadi sumber rasa dalam masakan.

Baca juga: Kemendikbudristek kenalkan pendidikan dan budaya Indonesia di Dubai

Baca juga: Globalisasi ekonomi ubah dunia batasi eksplor ragam pangan


Melalui cara tersebut, dunia dapat kembali memiliki keberagaman, baik dalam cara pengolahan maupun pola konsumsi yang kini mengalami persamaan pola akibat adanya global ekonomi yang menekankan "keberagaman merupakan hal yang sulit", baik dalam sisi penyediaan logistik maupun supply chain.

Ia berharap melalui ragam budaya yang dimiliki oleh Indonesia, berbagai masalah kesehatan seperti terjadinya malnutrisi, kurang gizi atau tengkes tidak lagi terjadi akibat adanya global diet issue.

“Sebenarnya dengan memberikan interpretasi terhadap bahan pangan yang ada di seluruh dunia yang memiliki ekosistem yang sama, tapi interpretasi budaya yang menerjemahkan itu menjadi sesuatu yang berguna untuk kita,” kata wanita yang juga Founder and Executive Chairperson Javara Indonesia itu.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022