...Dugderan memiliki nilai kebersamaan yakni umat Islam dengan umat yang lain,"
Semarang (ANTARA News) - Budaya  Jawa, China, dan Arab bertemu pada acara "Dugderan" Semarang, pawai yang menandai tepat satu hari sebelum Ramadhan, Minggu.

Perpaduan tiga budaya tersebut terlihat dari sejumlah tarian dan busana dari para peserta pawai Dugderan yang dimulai dari Halaman Balai Kota Semarang Jalan Pemuda, Semarang.

Acara pawai yang menyedot minat masyarakat itu, tidak hanya dimeriahkan tarian khas Kota Semarang, tetapi juga adanya aksi barongsai, rombongan sepeda "onthel", dan drumband dari Akpol setempat, kereta kencana yang dikendarai Wali Kota Semarang, prajurit berkuda, 80 warak ngendok, dan 80 bendi yang dikendarai para camat dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Sepanjang jalan dari kawasan Balai Kota Semarang Jalan Pemuda menuju tempat tujuan pertama pawai Masjid Kauman, sekitar Pasar Johar, dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan pawai dari dekat. Pawai tidak hanya berhenti di Masjid Kauman, tetapi juga diteruskan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

"Kami ingin Dugderan ini menjadi tradisi, karena Dugderan memiliki nilai kebersamaan yakni umat Islam dengan umat yang lain," kata Wali Kota Semarang, Soemarmo.

Ia mengatakan Dugderan yang digelar setiap tahun ini telah menjadi ikon wisata Kota Semarang yang diharapkan dapat menyedot wisatawan domestik dan mancanegara.

"Untuk kereta kencana pada Dugderan tahun lalu berasal dari Yogyakarta, untuk tahun ini berasal dari Surakarta. Jumlah warak ngendok dan bendi tahun ini juga lebih banyak," kata  Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Kasturi.

Pawai Dugderan, merupakan puncak acara menyambut datangnya bulan Puasa, karena 10 hari sebelumnya juga sudah ada pasar malam Dugderan yang terbagi di dua titik yakni di sekitar Masjid Kauman dan MAJT Jateng.

Bagi masyarakat setempat, pawai Dugderan merupakan acara yang ditunggu-tunggu. Bagi Samini (65) dan Yatmi (55), warga Batan Miroto, Kecamatan Semarang Tengah ini misalnya yang setiap tahun selalu melihat pawai Dugderan.

"Setiap tahun melihat Dugderan, sekalian ingin menyenangkan cucu," kata Samini yang datang bersama tiga cucunya.
(N008/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011