Jakarta, 1/8 (ANTARA) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof. Lukman Hakim mengatakan pelaksanaan ASEAN Free Trade Agreement Cina (ACFTA) dapat mempercepat impor baja dari Cina dan hal ini akan membanjiri pasar Indonesia.

Menurut Lukman, di Jakarta, Senin, mengatakan industri baja Indonesia harus berjuang lebih keras guna bersaing dengan produsen baja Cina yang kini berada di tengah berbagai persoalan.

"Persoalan yang dihadapi itu adalah kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga bahan baku, harga energi, infrastruktur yang kurang memadai dan minimnya insentif bagi investasi baru di sektor ini," jelasnya.

Dia menambahkan, produksi baja Cina saat ini sedang mengalami surplus, namun dibalik itu industri baja Indonesia tengah berbenah diri guna bersaing dengan produsen Cina.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Drs. Darwin menambahkan pelaksanaan ACFTA akan mengakselerasi impor besar yang berakibat signifikan bagi industri baja Indonesia.

Dikatakan dia, menurut data Departemen Perindustrian, ACFTA diperkirakan meningkatkan impor baja dari Cina sebesar 170,8 persen.

"Lompatan besar itu sudah terjadi dari 0,6 juta ton pada tahun 2009 menjadi 1,5 juta ton pada 2010," katanya.

Menurut Data Asosiasi Baja Dunia, lanjut dia, Cina adalah produsen terbesar baja di dunia dan selama krisis keuangan global pada tahun 2008 sampai 2009, produksi baja Cina tumbuh sebesar 13,5 persen.

"Negara tersebut telah menghasilkan 567,8 juta ton baja di tahun 2009. Sebagai perbandingan, Indonesia hanya memproduksi sekitar 7 juta ton dalam bentuk minyak mentah baja tiap tahunnya," demikian Darwin. (ANT-273)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011