Martapura (ANTARA) - Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan menerima anggrek spesies langka endemik Kalimantan yaitu Dendrobium lowii Lindl. 1861 yang diserahkan Ferry F. Hoesain selaku founder Yayasan Anggrek Meratus Indonesia (YAMI).

Kepala UPT Tahura Sultan Adam Ainun Jariah, Sabtu di Martapura, mengaku senang menerima dua rumpun anggrek Dendrobium yang langka dan hampir punah tersebut.

"Apalagi melihat bunganya yang cantik dan eksotik kami pastinya berupaya memelihara anggrek spesial ini di Taman Anggrek Konservasi dan berupaya membudidayakannya," kata Ainun.

Sementara Ferry menjelaskan anggrek spesies endemik Kalimantan itu pertama kali ditemukan oleh Hugh Ad Low pada tahun 1861 di hutan sekitar kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Baca juga: Peneliti BRIN: Penyelamatan anggrek kantung butuh dukungan semua pihak

Tanaman itu hidup di hutan-hutan dataran rendah hingga ketinggian 900 mdpl. Tumbuh epifit pada pohon-pohon yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Sebarannya meliputi hutan hujan pegunungan Meratus dan Kalimantan pada umumnya.

"Kami ingin anggrek Dendrobium dapat dilestarikan di Taman Konservasi Anggrek Tahura Sultan Adam yang notabene dikelola pemerintah daerah, sehingga lebih terjamin dari segala aspeknya," kata Ferry.

Diakui dia, sejak ditemukan untuk pertama kalinya pada tahun 1861, hasil observasi lapangan pihaknya selama 12 tahun terakhir, tidak menemukan lagi anggrek tersebut di alam Kalimantan Selatan.

Adapun anggrek yang diserahkan ke Tahura Sultan Adam merupakan hasil perbanyakan tanaman dari eksplorasi penelitian di hutan Kalimantan bekerjasama dengan Muhammad Jumani praktisi anggrek dari Indonesian Native Orchid Society Kalimantan Selatan.

"Pada awal tahun 2021 Dendrobium lowii ditemukan di sebuah kawasan di Kalimantan Tengah dengan ketinggian sekitar 250 mdpl," ungkap Ferry yang menerima penghargaan perintis pelestari anggrek Kalsel oleh PAI Kalsel 2021 lalu.
Anggrek spesies langka endemik Kalimantan yaitu Dendrobium lowii Lindl. 1861. (ANTARA/Yayasan Anggrek Meratus Indonesia)


Seperti anggrek jenis Formosae lainnya, tambah dia, pohon anggrek Dendrobium lowii juga memiliki rambut-rambut halus berwarna coklat kehitaman.

Sedangkan bunganya muncul pada ruas atas pseudobulb atau yang dikenal dengan umbi semu tua dengan bunga berwarna kuning terang, terutama pada sepal dan petalnya. Sedangkan labelumnya berbulu kemerahan dengan ukuran bunga sekitar 4-5 cm dan jumlah rata-rata 4 kuntum.

Ferry hanya menyayangkan anggrek cantik dan langka itu belum dilindungi baik oleh perundangan dari pemerintah RI, maupun lembaga konservasi International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Justru dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), anggrek Dendrobium lowii termasuk Appendix I atau dalam artian adalah perdagangan Internasional (yang bersifat komersil) seluruhnya dilarang kecuali dari hasil penangkaran.

Baca juga: Menyelamatkan kepunahan anggrek Meratus akibat alih fungsi lahan
Baca juga: BRIN: Anggrek kantung terancam kelestariannya di Indonesia
Baca juga: PAI Lumajang daftarkan 12 anggrek hybrid ke lembaga internasional

Pewarta: Firman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022