Kuala Lumpur (ANTARA News) - Tenaga pekerja Indonesia yang keberadaannya di Malaysia dinyatakan ilegal terlihat cukup antusias mengikuti program pengampunan Pekerja Asing Tanpa Izin (PATI) dengan mendatangi tempat pendaftaran disejumlah tempat termasuk yang disiapkan pihak agen program tersebut.

Dari pantauan ANTARA, Rabu, di sejumlah tempat di Kuala Lumpur dan Selangor yang disiapkan oleh para agen program 6P (Pendaftaran, Pemutihan, Pengampunan, Pemantauan, Penguatkuasaan dan Pengusiran) terlihat ramai para pekerja asing yang sedang antri di depan loket-loket yang disiapkan oleh para agen tersebut.

Dhofir Arif (46) dan istrinya serta ke delapan anaknya tampak dengan tenang menunggu panggilan dari petugas program 6P yang disiapkan oleh Devcorp Sdn Bhd, agensi yang diberikan kelulusan dari Kementerian Dalam Negeri Malaysia untuk menyelenggarakan pendaftaran pengampunan PATI.

Dhofir mengaku senang dan gembira adanya program ini karena dia dan keluarganya berharap bisa memiliki dokumen yang sah dan dapat diizinkan tinggal dan bekerja di daerah Shah Alam, tempat dia dan keluarganya menetap.

"Baru kali ini saya ikut program pemutihan. Sedangkan program pemutihan, beberapa tahun lalu tidak mengikutinya," katanya.

Dirinya ikut pemutihan agar bisa tetap bekerja di sini. Sedangkan pengurusan dokumen untuk anak-anaknya adalah untuk kepulangan ke tanah air.

"Saya mau antar mereka ke Malang, Jawa Timur agar bisa bersekolah di sana. Setelah mengantar anak-anak saya balik lagi ke sini. Sebab saya juga punya dua anak yang besar yang sedang kuliah di Malaysia," ungkap pria yang sejak usia 21 tahun sudah menetap di Malaysia yang masuk dengan menyeludup melalui jalur laut.

Ketika ditanya kenapa baru sekarang ikut program ini karena ingin tenang bekerja sebagai pemberi jasa pembangunan gedung di sini dan tidak was-was lagi terkena razia yang kerap dilakukan oleh pemerintah Malaysia terhadap pekerja asing yang ilegal."

Senada disampaikan oleh Setiyo (26) asal Pati, Jawa Tengah yang menyatakan dirinya senang dengan adanya program pengampunan ini karena dirinya tidak memiliki dokumen resmi bekerja di negara ini.

"Melalui program ini, kita ada kesempatan menjadi legal dengan biaya murah. Makanya saya berharap dapat kelulusan bekerja di sini melalui program pengampunan ini," kata pria muda yang mengaku menjalani profesi sebagai pekerja pembangunan dan renovasi gedung.

Sementara itu, pekerja Indonesia lainnya seperti Julia dan Hanafiah, mengaku mendapat dukungan dari para majikannya bahkan majikan mereka juga ikut mengantarnya ke tempat pendaftaran.

"Saya sih disuruh majikan untuk ikut program ini. Soal biaya, semuanya majikan yang membayarkan," kata ibu Julia, asal Lumajang, Jawa Timur yang sudah bekerja di Kuala Lumpur sejak tahun 2003.

Sedangkan, Hanifah, pekerja asal Indonesia yang mengaku sudah delapan tahun kerja tidak mempunyai permit (izin kerja) karena menggunakan paspor pelancong.

"Dengan adanya program ini, saya sih ikut aja. Kan saya juga ingin punya permit dan tetap bisa kerja di sini. Tapi kalau nantinya disuruh pulang, ya juga ikut aja," katanya yang saat ini bekerja di perusahaan jasa pelayanan kebersihan di Kuala Lumpur, Malaysia.


Didominasi TKI

Pelaksanaan program pengampunan pekerja asing tanpa izin (PATI) yang dimulai sejak 1 Agustus melalui agen yang ditunjuk oleh pemerintah Malaysia terlihat sangat ramai dikunjungi pekerja asing terutama asal Indonesia.

"Pendaftar yang datang ke tempat kami, didominasi pekerja dari Indonesia sekitar 60-70 persennya. Tapi ada juga dari Bangladesh dan Nepal serta pekerja asing dari negara lainnya," kata Direktur Eksekutif Devcorp Sdn Bhd, Hj Zaiful Zaki Dato Hj Basri di tempat pendaftaran PATI yang proses biometrik sidik jari pemotretannya dilaksanakan di dalam bus di sebuah tanah lapang di Shah Alam, Selangor.

Zaiful mengatakan pihaknya akan memberikan pelayanan terbaik agar para pekerja yang ingin mengikuti program pengampunan PATI bisa dengan tenang dan nyaman.

"Kami siapkan bus ini agar pelaksanaannya dapat lebih dekat dengan lokasi tempat tinggal dari para pekerja asing tersebut. Kami pun siap bila mendatangi tempat-tempat para pekerja asing yang jauh dari kota. Asalkan akses jalan memadai. Soal jarak tidak masalah," ungkapnya.(*)

(T.N004/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011