Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah belum mengkhawatirkan adanya pelemahan Indeks Harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), yang hingga Jumat siang merosot tajam hingga di bawah angka 4.000 poin.

"Ini bukan hanya fenomena yang terjadi di Indonesia saja, tapi juga global. Jadi tidak usah khawatir berlebihan," ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat.

Menurut Hatta, pelemahan tersebut karena kekhawatiran pasar terhadap krisis fiskal dan pelemahan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Untuk itu, karena ini terjadi hampir di seluruh dunia maka hal tersebut belum terlalu mengkhawatirkan, namun pemerintah terus mewaspadai dampak lanjutan dari pelemahan bursa global dalam minggu-minggu mendatang.

"Memang secara global terjadi pelemahan. Kita saja melemah empat-lima persen, dan semua mengalami ini. Tapi kita sudah punya instrumen, pemerintah dan BI, mulai dari crisis management protocol sampai hal yang lain," ujar Hatta.


Ke AS


Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan ekspor Indonesia ke AS bisa terganggu akibat pelemahan ini.

"Dampak langsung belum ada, tapi mungkin ekspor kita agak terganggu. Itu saja. Kita masih memonitor pergerakan terhadap Surat Utang Negara (SUN) dan pasar modal secara keseluruhan," ujarnya.

Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menambahkan selain karena faktor ekonomi AS dan Eropa yang melambat, pelemahan juga diakibatkan ekonomi Jepang yang belum pulih pasca bencana tsunami.

Menurut dia, dalam jangka pendek, pelemahan bursa belum berpengaruh signifikan karena arus modal masuk masih cukup besar dan cadangan devisa masih memadai.

Namun dalam jangka menengah dan panjang, patut diwaspadai dampak pelemahan ini dengan melihat tren harga komoditas serta harga minyak dunia yang bisa mempengaruhi kondisi fiskal Indonesia.

"Kalau harga minyak cenderung turun karena permintaan dunia turun karena pelemahan ekonomi, maka revenue dari minyak juga turun padahal subsidi belum tentu turun secara signifikan karena konsumsi cukup tinggi," ujar Rahmat.

Hingga Jumat siang, Indeks BEI turun 212,081 poin atau 5,14 persen menjadi 3.910,005 dan indeks LQ-45 berkurang 40,003 poin atau 5,48 persen ke posisi 690,101 poin.

Menurut analis PT Bali Securities, Ketut Tri Bayuna, pelaku pasar aktif melepas saham-sahamnya terutama saham sektor otomotif, industri rokok dan perbankan.

Ketiga emiten saham itu merupakan faktor yang menekan indeks BEI merosot tajam hingga berada di bawah angka 4.000, katanya.

Menurut dia, saham industri perbankan yang paling menekan indeks adalah saham Bank Mandiri yang terjual sebanyak 43,10 juta unit dengan nilai Rp313,16 miliar pada kurs akhir Rp7.150 atau turun Rp550 per saham.

Kemudian saham industri otomotif, Astra Internasional Tbk merosot Rp2.800 menjadi Rp67.600 dengan transaksi sebanyak 4,10 juta unit senilai Rp272,37 miliar dan saham Gudang Garam melemah Rp2.600 menjadi Rp50.100 dan saham HM Sampoerna berkurang Rp1.000 menjadi Rp31.550. (*)
(S034/A011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011