Jakarta (ANTARA) - Secara umum, terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan pasien kanker menjalani perawatan di rumah, salah satunya tidak ada ancaman gangguan jalan napas atau gangguan pernapasan, ungkap Clinical Care Manager di Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Indonesia, Ns. Liya Arista, M.Kep, Sp.Kep.MB.

"Yang pasti penilaian utamanya berdasarkan penilaian dari dokter yang merawat pasien. Tim medis akan menyusun perencanaan pulang sebelum pasien pulang ke rumah agar pasien dapat pulang dengan aman dan pasien maupun keluarga sudah siap dalam melakukan perawatan," kata dia seperti dikutip dari siaran pers RSUI, Sabtu.

Baca juga: Dukungan psikososial bantu redakan gejala psikologis pasien kanker

Lebih lanjut, Liya menyebutkan kondisi lain yang memungkinkan pasien kanker menjalani perawatan pasien di rumah yakni pasien mendapatkan asupan nutrisi cukup baik, gejala mual dan muntah terkontrol serta nyeri terkontrol dengan pemberian analgesik.

Kondisi berikutnya, yakni tidak ada tanda-tanda pada pasien yang mengarah kepada kondisi infeksi seperti demam dan lainnya, mayoritas obat-obatan dapat dikonsumsi via oral ataupun pemberian topikal dan ada caregiver yang siap untuk merawat pasien di rumah.

Liya juga menjelaskan hal-hal yang perlu dipersiapkan keluarga pasien di rumah yaitu kondisi rumah yang kondusif serta aman dan nyaman bagi pasien serta alat kesehatan menyesuaikan dengan kondisi pasien serta jenis penyakit yang dialami.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan yakni ruangan dengan pencahayaan cukup dan sirkulasi udara baik, toilet terjangkau (posisi di lantai yang sama dengan kamar), lantai tidak licin, pencahayaan dan sirkulasi baik serta jika memungkinkan dengan kloset duduk dan ada pegangan pengaman di dinding.

Baca juga: POI: 13,7 persen pasien kanker paru-paru bertahan hidup lima tahun

Hal lainnya yang juga perlu disiapkan antara lain tempat tidur sesuai dengan ukuran pasien, jika pasien dengan ketergantungan total dan memungkinkan bisa menggunakan tempat tidur seperti di rumah sakit agar bisa disesuaikan untuk posisi sandaran dan terdapat pagar pelindung di samping tempat tidur.

"Jika tidak ada, boleh menggunakan tempat tidur biasa yang penting dipastikan tempat tidur selalu bersih," kata Liya.

Kasur decubitus (yang berisi angin) untuk mencegah luka tekan pada pasien ketergantungan total dan imobilisasi, tabung oksigen dan pulse oximeter, kursi roda (khususnya dibutuhkan jika pasien ingin keluar rumah atau sekedar berpindah dari kamar untuk melihat lingkungan luar atau sekitarnya), alat untuk perawatan luka dan alat untuk kebersihan diri juga menjadi hal-hal yang juga dibutuhkan pasien sehingga sebaiknya disiapkan pihak keluarga.

Hal berikutnya yang perlu disiapkan yakni lemari khusus untuk penyimpanan obat-obatan yang suhu dan kelembabannya terkontrol untuk menjaga kualitas obat serta nomor telepon darurat serta fasilitas penunjang lain yang dibutuhkan saat kondisi darurat terjadi.

Liya mengatakan, ada beberapa tanda bahaya dan kegawatdaruratan pasien sehingga harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Menurut dia, pengetahuan untuk deteksi dini tanda-tanda kegawatdaruratan di rumah ini menjadi penting bagi seorang caregiver.

Tanda darurat yang dimaksud antara lain penurunan kesadaran pasien yang tiba-tiba, pasien menjadi sulit untuk dibangunkan, tidur dalam dan lama serta tidak berespon saat dipanggil atau bahkan diberikan rangsangan nyeri.

Baca juga: YKPI: Penanganan pasien kanker terlambat akibat ketakutan dan jarak RS

Tanda lainnya, saturasi oksigen pasien kurang dari 90-95 persen, napas pasien tampak cepat, pucat bibir dan tangan tampak kebiruan, pasien mual dan muntah dengan frekuensi yang sering, tampak lemas dan tidak mau makan ataupun minum.

Selain itu, pasien mengalami diare dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses cair tanpa ampas, frekuensi berkemih yang sedikit atau bahkan tidak ada urine yang keluar, pasien mengalami kejang, terjadi alergi setelah konsumsi obat-obatan tertentu dengan tanda kulit kemerahan, atau bengkak di area tubuh tertentu bahkan sampai sesak napas dan adanya perdarahan.

Perawatan pasien kanker dinilai menjadi hal yang sangat fundamental dalam pemulihan kondisinya. Selain di rumah sakit, pasien juga dimungkinkan menjalani perawatan di rumah setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter yang menangani. Perawatan pasien kanker di rumah dinilai dapat meningkatkan kenyamanan dan membantu memperbaiki suasana hati mereka.

Menurut Liya, pada kondisi tertentu ada fase pasien kanker stadium lanjut sudah sampai pada tahap tidak bisa diobati. Beberapa pasien dengan kondisi tersebut lebih merasakan kenyamanan perawatan di rumah dibandingkan dengan di rumah sakit. Kondisi tersebut sering disebut dengan perawatan paliatif. Penetapan status paliatif membutuhkan penilaian khusus dari dokter yang merawat pasien dan tim kesehatan menggunakan parameter penilaian medis khusus. Biasanya dokter akan memberikan edukasi jika pasien sudah masuk dalam kategori paliatif.

Namun, perawatan pasien kanker di rumah bukannya tanpa tantangan. Beberapa pasien atau keluarga biasanya tidak nyaman saat di rumah sakit yang berdampak terhadap kondisi psikologisnya. Perawatan pasien di rumah juga dapat menurunkan risiko penularan infeksi dari pasien lain di rumah sakit (infeksi nosokomial). Pasien kanker termasuk kelompok yang rentan mengalami gangguan kekebalan tubuh. Terutama di saat pandemi COVID-19 saat ini, pasien yang keluar rumah rentan untuk tertular penyakit akibat infeksi virus corona itu. Oleh karena itu, perawatan pasien kanker di rumah membutuhkan kesiapan khusus baik dari segi pengetahuan, keahlian, maupun sumber daya pihak keluarga atau caregiver.


Baca juga: Pasien kanker usus besar tak perlu takut dibedah

Baca juga: Tiga metode terapi pasien kanker paru

Baca juga: Terapi seluler bisa jadi pilihan pengobatan pasien leukemia

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022