Nasionalisme juga bisa ditunjukkan lewat perhatian kepada leluhur"
Kupang (ANTARA News) - Iring-iringan kendaraan yang dikawal sepasang foreder Polisi Satuan Lalu Lintas Polresta Kupang siang itu menarik perhatian masyarakat.

Pada salah satu kendaraan dari konvoi itu berdiri dua pegiat pendidikan khusus untuk kesetaraan.

Mereka adalah Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Nusa Tenggara Timur, Kornelis Wadu, dan Ketua Yayasan Purnama Kasih, Ariyanto Ludoni.  Purnama Kasih adalah yayasan pengelola paket pendidikan kesetaraan.

Pada kendaraan lain, merah-putih terpasang pada sejumlah bambu lurus nan panjang yang telah disiapkan untuk dipajangkan di sejumlah makam para raja Timor di ibukota Nusa Tenggara Timur itu.

Terik sinar mentari dan jalan berdebu tak menyurutkan semangat rombongan yang di dalamnya terdapat juga sejumlah warga berselimutkan sarung khas daerah itu.

Kepala mereka dibalut kain adat ala kerajaan zaman lampau. Mereka beriringan menyelusuri jalan menuju tempat peristirahatan Raja Daud Henok Tanof.

Raja ini adalah seorang penguasa Pulau Timor di zaman dulu. Kini daerah di mana sang raja dimakamkan menjadi wilayah Kelurahan Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang.

"Ini lokasi pertama yang akan kita kunjungi hari ini bersama seluruh keturunan raja-raja yang ada," kata Kornelis Wadu.

Acara itu sendiri dikemas bergaya napak tilas ke makam para raja Timor.  Tujuannya untuk menguatkan akar nasionalisme.

Kata Wadu, nasionalisme tidak hanya ditunjukkan lewat seremoni-seremoni kenegaraan, tetapi juga bisa ditunjukkan lewat perhatian kepada leluhur, dalam kasus ini para raja Timor yang juga turut berjuang memerdekakan negeri ini.

"Ada gerakan kebangsaan baik yang bersifat nasional maupun yang dilakukan secara lokal di daerah untuk menjadikan Indonesia merdeka dan berdaulat," kata Wadu.

Dia ingin perhatian kepada makam para raja Timor itu menjadi titik awal kebangkitan nasionalisme di daerah dan memotivasi penerus bangsa dalam menapaki perjuangan hidup ke depan.

Nilai juang para raja di masa lampau harus menjadi landasan semangat warga muda sekarang dalam menjalani tugas mengisi kemerdekaan yang sudah diraih sejak 66 tahun silam.

Berawal dari leluhur

Rombongan kemudian diterima secara adat oleh natoni`, yaitu nyanyian adat penyambutan khas Timor, di kompleks pekuburan Depati Amir Bin Bahren.

Asal tahu saja, Depati Amir adalah pejuang asal Belitung yang dibuang ke Pulau Timor oleh penguasa kolonial Belanda.

Namun karena heroismenya yang tinggi dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, Depati Amir melanjutkan perjuangannya di Pulau Timor bersama para raja Timor, sampai wafat pada 1885.

Depati Amir dimakamkan di pekuburan Islam di kelurahan Batu Kadera, Kecamatan Alak, Kupang. Dia lalu dinobatkan menjadi salah satu dari raja-raja Timor.

Aryanto Ludoni mengatakan, adalah penting mengingatkan generasi muda akan nilai perjungan para leluhur, termasuk para raja Timor dalam melawan penjajah.

Untuk itulah, acara napak tilas ke makam para raja Timor itu penting, dalam hubungannya dengan menanamkan nasionalisme dan semangat berjuang para tokoh di masa lalu dalam memerdekakan bangsa ini.

Siang kian terik, namun semangat para peserta napak tilas malah kian bergelora. Mereka menyelusuri makam para raja lainnya di kelurahan Bakunase, Kecamatan Kota Radja, juga di Kupang.

Di situ, mereka dan seluruh keluarga keturunan raja Timor, mengunjungi makam Raja Alfonsus Nisnoni dan saudaranya Raja Nikolaus Nisnoni.

Seremoni diakhiri dengan pemancangan dan peletakan bendera merah putih di makam para raja, dan tabur bunga.

Aryanto lalu berharap, dia ingin pemerintah pusat dan daerah memberikan perhatian serius kepada nilai perjuangan para pendahulu, termasuk para raja Timor.

Selama ini, perhatian pemerintah hanya tertuju kepada sejumlah pahlawan dan raja terkenal dari daerah-daerah di luar Timor.

Aryanto meminta pandangan ini diubah demi memberikan rasa keadilan dan pemerataan. Tidak itu saja, perubahan pandangan itu untuk menjadi bahan refleksi bagi warga daerah dalam menghormati leluhurnya sebagai cermin untuk berjuang di masa depan.

Anggota DPRD Kota Kupang, Irianus Rohi, bahkan menginginkan pemerintah  menjadikan kompleks pekuburuan para raja Timor sebagai salah satu situs yang dilindungi.

Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kota Kupang itu mengajak generasi muda untuk menghormati perjalanan sejarah di masa silam yang amat bermakna bagi kemerdekaan Indonesia.

Dia khawatir, jika itu tak dilakukan, kaum muda akan kian lupa pada sejarah, apalagi budaya `seberang` terus-terusan menginvasi pandangan mereka.

"Nasionalisme sesungguhnya berawal dari leluhur dan para raja di daerah, termasuk dari pusara raja-raja Timor," demikian Irianus. (*)

ANT/A025

Oleh Yohanes Adrianus
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011