Yogyakarta (ANTARA News) - Krisis perekonomian yang terjadi di Amerika Serikat akan berdampak pada penurunan nilai ekspor Indonesia sekitar 10-15 persen, kata Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta Nur Achmad Affandi.

"Amerika Serikat (AS) selama ini menjadi negara tujuan ekspor utama dari Indonesia untuk produk mebel, kerajinan, dan tekstil. Kondisi krisis di AS itu akan memicu penurunan ekspor nasional hingga 15 persen," katanya di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, kondisi tersebut memberi kesempatan Indonesia untuk membidik negara tujuan ekspor baru. Krisis di AS membuka peluang baru bagi Indonesia untuk melakukan penetrasi perdagangan ke China, India, dan negara-negara Afrika.

"Namun demikian, hal itu tetap membutuhkan peran pemerintah untuk pemasaran produk dengan promosi atau mengikuti serangkaian pameran di negara-negara tersebut," katanya.

Ia mengatakan potensi penetrasi sangat besar dan menjadi peluang baru untuk memasarkan produk lokal ke pasar global. Indonesia tidak bisa hanya diam dan menunggu AS benar-benar pulih dari keterpurukannya, sehingga mencari negara tujuan ekspor baru merupakan langkah terbaik.

"Kondisi itu bisa menjadi positif karena memberi kesempatan bagi pemerintah untuk menata ulang pasar dalam negeri atau lokal, karena selama ini pengusaha selalu berorientasi ekspor yang dianggap lebih menguntungkan," katanya.

Krisis perekonomian di AS, menurut dia menjadi momentum untuk memperkenalkan produk lokal secara lebih luas, dan membatasi masuknya barang impor.

Ia mengatakan krisis di AS menjadi momentum untuk menasionalkan produk lokal dan membatasi barang-barang impor seperti pakaian bekas yang merugikan industri tekstil nasional.

"Hal itu menjadi kesempatan untuk memperkuat produk lokal dan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri," katanya. (B015/M008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011