Brussels (ANTARA) - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendesak Rusia untuk "memilih jalur diplomasi" dalam mengatasi konflik dengan Ukraina.

"Ini adalah momen paling berbahaya dalam keamanan Eropa untuk sebuah generasi," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada akhir pertemuan luar biasa Komisi NATO-Ukraina di Brussels, Belgia, pada Selasa (22/2).

"Eropa dan Amerika Utara terus berdiri kokoh secara bersama dalam NATO, berkomitmen untuk saling membela dan melindungi," katanya.

Dia menyatakan bahwa NATO telah menempatkan NATO Response Force (NRF) pada kesiapan yang lebih tinggi beberapa pekan lalu. Sebanyak 100 pesawat dan 120 kapal juga dalam siaga tinggi.

Namun, dirinya menekankan bahwa belum terlambat untuk memilih jalur diplomasi ketimbang agresi ketika dia meminta Rusia untuk terlibat dalam pembicaraan guna menemukan solusi politik atas konflik tersebut.
 
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam konferensi pers tahunannya di Moskow, Rusia, pada 23 Desember 2021. (Xinhua/Evgeny Sinitsyn)


Stoltenberg menyambut baik sanksi ekonomi yang diumumkan oleh banyak sekutu NATO dan keputusan pemerintah Jerman yang menangguhkan sertifikasi proyek pipa gas Nord Stream 2.

Stoltenberg juga mengatakan bahwa pasukan Rusia terus mempersiapkan kemungkinan serangan ke Ukraina setelah Moskow mengakui dua wilayah separatis sebagai wilayah merdeka.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (21/2) menandatangani dua dekret yang mengakui "Republik Rakyat Lugansk (RRL)" dan "Republik Rakyat Donetsk (RRD)" sebagai "negara merdeka dan berdaulat".

Putin mengatakan pada Senin bahwa krisis keamanan Eropa ini terjadi akibat ekspansi NATO ke arah timur, yang telah menyebabkan hilangnya rasa saling percaya.

Dia menyebut bahwa hanya tinggal menunggu waktu bagi NATO untuk menerima Ukraina sebagai negara anggota dan kemudian membangun fasilitas di wilayahnya sehingga tingkat ancaman militer terhadap Rusia akan meningkat drastis.
 
Foto yang diabadikan pada 12 Februari 2020 ini menunjukkan markas besar NATO di Brussel, Belgia. (Xinhua/Zhang Cheng)

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022