itu kami mintakan komitmen mereka
Jakarta (ANTARA) - Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Marunda meminta sejumlah korporasi yang beraktivitas di pelabuhan itu untuk tidak mencemari lingkungan.

"Kewajiban menjaga lingkungan agar udara jangan sampai tercemar, itu kami mintakan komitmen mereka," kata Kepala KSOP Marunda Isa Amsari, saat ditemui usai rapat di Kantor KSOP Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat.

Dijelaskan, dalam rapat tersebut, sejumlah korporasi menyatakan sudah mengurus semua persyaratan dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) usahanya.

Kepala Departemen Health, Safety, and Environment (HSE) dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) PT Asianagro Agung Jaya Fransiskus Alvyanto misalnya, mengatakan bahwa Upaya Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan yang terdapat dalam AMDAL sudah dilaporkan sekali dalam satu semester ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, dan Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Utara.

Hasil pengukuran gas buang juga tidak ada yang melebihi nilai ambang batas dan dia juga memastikan bahwa dugaan pencemaran lingkungan di Marunda, itu bukanlah dari gas buang dari cerobong mesin-mesin produksi mereka.

Baca juga: KSOP: Pelabuhan Marunda lampaui target PNBP 2021 sekitar 121 persen

"Jadi, sebelum ramai pada rapat hari ini, kami sudah sowan juga dengan warga. Kami sudah mengambil sampel dan sebagainya. Sudah diukur, itu ada kalorinya," kata Frans.
Cerobong asap mengeluarkan asap hitam yang diduga mencemari lingkungan Pelabuhan Marunda yang berada di bawah pengawasan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (24/2/2022). ANTARA/Abdu Faisal

Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta dan Kecamatan Cilincing juga sempat berkunjung ke pabrik untuk melihat produksi produk pangan berbasis sawit yang dihasilkan sesuai standar lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.

Waktu kunjungan itu, pihaknya juga sudah menjelaskan bagaimana proses produksi di sana, termasuk bagaimana pihaknya menyimpan batubara yang digunakan sebagai bahan bakar secara tertutup.

Frans menambahkan, pihaknya terus berupaya mengurangi penggunaan energi batubara sedikit demi sedikit dengan mengembangkan teknologi konversi menjadi gas untuk boiler bertekanan medium 30 ton yang digunakan di pabrik mereka.

"Targetnya di kuartal 3 (Q3) Tahun 2022 sudah kami uji coba. Kemudian, kuartal 4 sudah produksi massal. Jadi, nanti di akhir tahun, kami tidak lagi menggunakan boiler batubara. Jadi, tidak lagi utama (main)-nya lah ya, hanya sebagai cadangan (backup). Utamanya nanti mempergunakan gas," kata Frans.

Baca juga: PT KBN kalah pada tingkat PK di Mahkamah Agung

Debu terbang
Sementara itu Manajer Operasional PT Walie Marunda Terminal Indra Masri juga menampik soal isu bongkar muat kapal telah mencemari lingkungan karena debunya berterbangan ke permukiman warga.

"Kalau di tempat saya, semua truk yang di bawa ke lokasi seperti Purwakarta atau Bandung. Mereka keluar itu ditutup dengan terpal, kemudian perlu diketahui tempat dermaga kami ini berada di dermaga paling timur. Jadi, tidak berhampiran dengan Marunda Pulo. Sedangkan angin itu angin barat, jadi ke arah timur atau tidak akan berbalik. Jadi, tidak bersinggungan dengan masyarakat dan sebelah kiri kami adalah STIP," kata Indra.

Selama ini juga bongkar muat dari kapal ke truk menggunakan tenaga mesin ekskavator. Tenaga manusia baru digunakan saat ada penyiraman di lokasi setelah bongkar muat selesai.

"Jadi, kalau ada tumpahan dari truk, langsung disiram dengan air. Kami juga pasang jaring karena mereka punya 'stock pile'. Jadi dari atas tongkang, taruh truk, jadi tidak ada penimbunan di dermaga. Tidak ada penahanan bongkar muat dari kami. Tapi kalau truknya pecah ban atau tunggu antrean bisa tertahan juga. Kalau kami sendiri tidak ada niat menahan, kalau bisa cepat-cepat keluar (pelabuhan)," kata Indra.

Secara terpisah, Corporate Secretary PT Karya Citra Nusantara (KCN) Bella Mardiana mengungkapkan ia menyangsikan terkait adanya paparan debu batubara sampai ke kawasan permukiman.

Baca juga: Pansus DPRD Jakarta dorong Pemprov DKI berperan di Pelabuhan Marunda

"Kecil sekali kemungkinan aktivitas bongkar muat batubara di sini bisa mencapai permukiman. Selain jaraknya yang jauh hingga radius 5 km, perjalanan debu batubara harus melalui banyak industri lainnya dan laut," katanya.

 

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022