Kerusakan terumbu karang itu diakibatkan oleh aktivitas masyarakat yang menangkap ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, seperti pemboman atau pembiusan dengan menggunakan racun sianida,"
Kendari (ANTARA News) - Tingkat degradasi terumbu karang di wilayah pesisir pantai Sulawesi Tenggara  dengan garis pantai sepanjang 1.740 kilometer  sudah mengkhawatirkan.

"Data yang kami peroleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Sultra dan Konsorsium Mitra Bahari Sultra, tingkat kerusakan terumbu karang di daerah ini sudah mencapai 72 persen," kata Kepala Pusat Penelitian Wilayah Pesisir dan Laut Universitas Haluoleo Kendari, Abdul Hamid di Kendari, Minggu.

Menurut dia, kerusakan terumbu karang merata di seluruh wilayah Sultra yang terdiri dari 10 kabupaten dan dua daerah kota.

Di kabupaten Wakatobi misalnya, jelas Hamid, terumbu karang yang tersebar pada kawasan sekitar 1,3 juta hektare, sudah mengalami kerusakan mencapai 22,88 persen, sedangkan di Kabupaten Konawe yang mengalami kerusakan terumbu karang paling parah mencapai 83,33 persen.

"Kerusakan terumbu karang itu diakibatkan oleh aktivitas masyarakat yang menangkap ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, seperti pemboman atau pembiusan dengan menggunakan racun sianida," katanya.

Selain itu kata dia, juga masih adanya masyarakat mengambil batu karang untuk keperluan membangun rumah dan membuat kapur.

Menurut Hamid, tingkat pendapatan warga di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Sultra hanya sekitar Rp0,5 juta hingga Rp1 juta per bulan.

"Dengan pendapat sebesar itu, mendorong warga untuk menangkap ikan atau mengambil batu karang dengan cara-cara ilegal," katanya.
(ANT-227)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011