Palu (ANTARA News) - Pelaku kerusuhan di Pulau Tiaka, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali, Palu, Sulawesi Tengah, pada Senin (22/8) diketahui ada yang kabur membawa sepucuk senjata api milik polisi saat insiden berlangsung.

"Iya, satu pucuk senjata api laras pendek jenis revolver milik anggota di sana dirampas dan dibawa kabur oleh para pelaku," kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Kapolda Sulteng), Brigjen Pol. Dewa Parsana, kepada wartawan di Palu, Selasa.

Menurut dia, senjata api itu dirampas saat bentrokan atau kerusuhan terjadi di Pulau Tiaka.

Bahkan, ia mengemukakan, saat kerusuhan itu juga sempat terjadi kontak senjata atau baku tembak antara perusuh dengan aparat kepolisian.

Namun, Dewa Parsana menyatakan, adanya korban yang jatuh dari pihak perusuh, maka mereka pun kabur tunggang langgang menggunakan kapal, termasuk pelaku yang membawa kabur senjata api.

Polisi hingga kini masih menyelidiki siapa pelaku yang merampas senjata api tersebut.

"Belum didapat pelakunya, apalagi barang buktinya. Mudah-mudahan bisa segera didapat," kata mantan Wakapolda Sulteng itu.

Ia tidak mau berspekulasi terkait dugaan adanya aktor intelektual di balik kerusuhan berdarah di Tiaka tersebut.

"Saya pelajari dulu, apa benar ada aktor intelektualnya atau tidak," ujarnya.

Ia mengemukakan, saat ini tersangka kerusuhan bertambah menjadi 23 orang dari jumlah sebelumnya yang mencapai 19 orang. "Hingga siang ini, tersangkanya sudah bertambah menjadi 23 orang," katanya.

Namun, ia belum bersedia merinci identitas ke-23 tersangka kerusuhan tersebut.

Puluhan tersangka itu ditangkap karena melakukan pembakaran dan perusakan fasilitas konsorsium operasi bersama (|Joint Operating Body/JOB) investor migas, Pertamina-Medco E&P Tomori, di Pulau Tiaka, Kecamatan Mamosalato, pada Senin (22/8) sore.

Dewa Parsana menyatakan, kerusuhan itu dipicu oleh tuntutan warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato, yang telah beberapa kali dijanjikan, namun belum juga direalisasikan oleh  Pertamina-Medco E&P Tomori.

"Informasinya, perusahaan sempat menjanjikan kepada warga soal penyediaan listrik dan fasilitas umum lainnya, tetapi sampai sekarang belum terealisasi," katanya.

Atas janji yang tidak kunjung direalisasikan perusahaan itulah, masyarakat setempat berkumpul dan mendatangi Pulau Tiaka untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan, namun massa kecewa karena gagal dalam negosiasi.

Amuk massa dan bentrokan dengan aparat kepolisian setempat pun tak terhindarkan.

"Warga mau negosiasi dengan bos perusahaan itu, tetapi gagal karena belum sampai, atau dia masih berada di Jakarta," katanya.

Menurut dia, polisi awalnya sudah melakukan langkah-langkah persuasif dan mengimbau massa agar tidak melakukan tindakan anarkis.

Namun, massa membabi buta sehingga memaksa aparat kepolisian bertindak tegas di lapangan dengan melepaskan tembakan ke arah perusuh setelah sebelumnya didahului dengan tembakan peringatan ke udara.

Massa merusak fasilitas, termasuk membakar sumur minyak milik investor JOB Pertamina-Medco E&P Tomori di Pulau Tiaka.
(T.ANT-106/E011)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011