Kalau DBD bahayanya bisa terjadi pendarahan nanti kekurangan cairan sehingga harus diinfus
Kediri (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, melaporkan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) sejak Januari hingga Februari 2022 mencapai 49 kasus yang mayoritas menimpa anak usia 17 tahun ke bawah.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dokter Fauzan Adima mengemukakan DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

"Ini sama dengan penyakit virus lainnya. Kalau penyakit virus itu sifatnya bisa sembuh sendiri. Kalau DBD bahayanya bisa terjadi pendarahan nanti kekurangan cairan sehingga harus diinfus. Kalau sudah sakit perbanyak minum elektrolit untuk menghindari kekurangan cairan," kata Fauzan di Kediri, Senin.

Baca juga: Di Kediri-Jatim, 12 orang meninggal akibat DBD

Ia mengungkapkan ciri khas yang dapat ditemui pada kasus DBD yakni pasien akan mengalami demam tinggi serta terjadi pendarahan. Untuk pendarahan dapat terjadi di dalam kulit, seperti bintik-bintik merah atau pendarahan yang keluar dari tubuh, seperti dari gusi maupun hidung.

"Jadi virus ini menyerang trombosit, sebab trombosit berfungsi untuk mencegah pendarahan. Kalau diserang maka pembuluh darah pecah sehingga terjadi pendarahan," kata dia.

Ia mengungkapkan Dinas Kesehatan Kota Kediri juga intensif melakukan pencegahan berkembangnya nyamuk melalui sosialisasi kepada masyarakat.

Baca juga: Satu warga Kota Kediri meninggal karena DBD

Dinas Kesehatan Kota Kediri mengimbau masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, melalui 3 M (menguras bak mandi secara rutin, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi genangan air). Jika ada kasus, Dinas Kesehatan Kota Kediri juga akan melakukan pengasapan atau fogging.

"Fogging itu dilaksanakan berdasarkan kasusnya, kalau ada kasus di suatu wilayah kami lakukan penyelidikan epidemiologi (PE) terlebih dahulu. Kalau terbukti ada nyamuk dewasa baru kita lakukan fogging, tapi kalau tidak ada kasusnya ya tidak kita lakukan," kata dia.

Fauzan mengatakan kegiatan penyelidikan epidemiologi merupakan langkah vital dalam upaya pemberantasan DBD, untuk memastikan apakah kasus ini digigit oleh nyamuk di lingkungan sekitar atau dari tempat lain.

Baca juga: Kasus kematian akibat DBD di NTT terus bertambah

Namun, pihaknya tidak menganjurkan kepada masyarakat untuk melakukan fogging secara mandiri.

"Fogging mandiri secara aturan tidak boleh, karena kasus DBD harus dilakukan PE oleh puskesmas. Di samping itu apabila tidak memenuhi prosedur dapat membahayakan masyarakat," kata Fauzan.

Pihaknya intensif mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat dan rajin bersih-bersih sebagai upaya mewujudkan kasus DBD zero di Kota Kediri dapat terealisasi. Apabila tidak mencapai nol, ia berharap nihil kasus meninggal akibat DBD, seperti kondisi saat.

"Mudah-mudahan nanti tahun depan sebelum adanya musim DBD masyarakat sadar untuk menjaga lingkungan sekitar tetap bersih agar tidak ada kasus DBD di Kota Kediri," kata dia. 

Baca juga: Ratusan warga Lebak terserang DBD dan 4 orang dilaporkan meninggal

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022