Kami berbicara bagaimana supaya produk tetap diminati namun harus menciptakan produk yang affordable
Makanan beku dan siap saji juga dapat memberi keuntungan dari sisi efisiensi bagi konsumen serta pembuat makanan dalam skala besar seperti resto di hotel.

Baca juga: HIPMI sampaikan usulan untuk gairahkan UMKM makanan dan minuman

"Hotel sudah memperkirakan jumlah tamu yang datang berapa dan makanan yang disajikan berapa sehingga tidak banyak makanan yang terbuang," ujar Irwan.

Tidak hanya perihal produk, menurut Irwan kreativitas juga perlu diterapkan dalam berbagai aspek di internal bisnis, seperti memberdayakan sumber daya manusia yang ada di sekitar dan tidak harus selalu merekrut pekerja baru.

Irwan mengatakan Gapmmi juga kerap mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dalam ekosistem antarprodusen untuk bertahan di masa pandemi.

"Kami berbicara bagaimana supaya produk tetap diminati namun harus menciptakan produk yang affordable bagi konsumen, juga tanpa mengurangi kualitas produk itu, dan kami juga mampu dari sisi produsen untuk membiayai para karyawan," katanya.

Merujuk data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), tercatat lebih dari 1.000 restoran tutup permanen sejak pandemi melanda pada Maret 2020 hingga Juli 2021.

Menurut Irwan, usaha makanan dan minuman yang gulung tikar memiliki banyak faktor, pandemi bukan menjadi satu-satunya faktor.

"Kalau kita bicara sebuah usaha tutup itu banyak faktor. mungkin salah dalam hal manajemennya atau manajemen keuangan. Bisa juga karena tidak ada kreativitas dan inovasi," katanya.

Baca juga: Kemenperin sebut ekspor industri makanan dan minuman naik 52 persen

Baca juga: Usaha makanan dan minuman penyelamat ekonomi Jakarta

Baca juga: Tiga makanan dan minuman terbaik dikonsumsi saat sakit

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022