Jakarta (ANTARA) - Mike Lewis dan Salvita De Corte membintangi film aksi fiksi ilmiah "Anomaly" yang disutradarai oleh Brian L. Tan, sutradara dengan pengalaman mengerjakan efek visual untuk film-film blockbuster Hollywood seperti "Tron: Legacy", "X-Men", "Girl with the Dragon Tattoo".

Baca juga: Kesan para selebritas tentang "Toy Story 4"

Pengambilan gambar berlangsung di Bali dan oleh Good Form Bali, perusahaan produksi film yang berlokasi di Los Angeles dan Bali.

Film ini berkisah tentang Alpha yang memimpin sebuah tim yang terdiri dari lima tentara elit yang diturunkan ke beberapa reruntuhan kuno di tengah hutan. Misi mereka adalah untuk mengamankan sebuah misteri anomali yang menunjukkan aktivitas paranormal aneh. Apa yang biasanya jadi misi rutin menjadi sebuah misi tak terduga bagi mereka.

“Anomaly’ mempunyai konsep yang keren. Saya jatuh cinta sejak saat pertama dan terasa seperti mengerjakan sebuah episode ‘Black Mirror’," kata Mike dikutip dari siaran resmi, Jumat.

Aktor "Foxtrot Six" ini menuturkan, pengalmannya selama syuting terasa seperti mimpi masa kecil yang jadi kenyataan setiap memakai seragam dan memainkan senjata.

"Kami semua harus saling bekerja sama dengan aktor lain karena kami adalah sebuah tim. Karakter saya lebih menyenangkan dari yang lainnya jadi saya mencintai bagian saya. Kami juga melakukan adegan helikopter yang keren," imbuh aktor "Dead Mine" itu.

Baca juga: Mike Lewis punya kemiripan dengan karakter Spider-Man

Film ini dibintangi oleh aktor-aktor lain seperti Joseph J. U. Taylor, Quisha Saunders dan John Walker Six. Pengalaman bekerjasama dengan aktor dengan pengalaman dan latar belakang berbeda terasa menyenangkan bagi Mike.

"Setiap orang membawa sesuatu yang unik. Apakah itu pengalaman militer AS John atau latar belakang Hollywood Quisha dengan aktor seperti Denzel Washington. Joe juga seorang pelatih akting, jadi dia adalah seseorang yang selalu bisa Anda andalkan untuk meminta nasihat.”

Sementara itu, Salvita De Corte yang berdarah setengah Bali menjelaskan proses syuting yang meliputi membaca skenario bersama juga melakukan sesi paintball.

"Datang ke lokasinya sebelum pengambilan gambar yang adalah penting bagi saya. Sisanya adalah bagaimana saya dan Joseph ngobrol dan nongkrong, karena di ceritanya kami sudah lama saling kenal tapi di kenyataan kami baru bertemu sekali, dan hanya sebentar."

Film ini jadi perjalanan baru bagi Salvita, dia mencoba naik helikopter, paintball dan belajar banyak hal mengenai militer.

"Selain itu, sangat keren bekerja dengan kru dan aktor yang berbasis di Bali. Berkolaborasi dengan orang-orang dari mana saja selalu menyenangkan. Semua orang benar-benar membumi.”

Proses syuting cukup menantang dan menyenangkan bagi sutradara Brian L. Tan sang sutradara.

Brian menuturkan, belum pernah ada yang mencoba film aksi sebesar ini di Bali sebelumnya. Mereka harus menggunakan kembali banyak senjata Airsoft mainan dari Jakarta membangun seluruh portal yang tampak seperti dunia lain di tengah hutan, menemukan kamera Red Gemini kedua yang cocok dengan milik mereka.

"Kami bekerja selama 14 jam lurus untuk akhir pekan di tengah hutan, dan bungkus helikopter oranye menjadi hitam. Film ini sangat sulit untuk dilakukan, tetapi saya dengan senang hati akan melakukannya lagi mengingat bagaimana hasilnya,” pungkas dia.

Film telah tayang perdana pada 25 Februari di Bali.


Baca juga: Bermain di film "Foxtrot Six", Mike Lewis merasa seperti pria sejati

Baca juga: Mike Lewis lebih suka karakter antihero ketimbang superhero

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022