Jakarta (ANTARA) - Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengatakan kinerja pengendalian gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia berjalan lebih baik dari periode Delta.

"Pada gelombang ketiga, tidak terjadi kekurangan tempat perawatan, oksigen, dan ventilator seperti pada periode Delta. Tingkat kematian jauh lebih rendah dari periode Delta," kata Iwan Ariawan di Jakarta, Senin.

Ia melaporkan hasil analisa dari data kematian pada orang yang terinfeksi COVID-19 di periode Omicron 1 Januari hingga 28 Februari 2022 menunjukkan risiko kematian paling tinggi dialami lansia dengan komorbid dan belum divaksinasi.

Menurut Iwan, gejala Omicron yang relatif rendah karena proporsi penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi COVID-19 dari vaksinasi maupun riwayat terinfeksi sudah cukup banyak.

Baca juga: UNHCR pastikan pengungsi Rohingya di Aceh dapat penanganan medis

Baca juga: Satuan Tugas: Informasi tentang pencabutan status pandemi tidak benar


"Survei menunjukkan orang yang sudah divaksinasi memiliki antibodi yang tinggi," katanya.

Dilansir dari laporan Kemenkes RI, tren kasus COVID-19 terus menunjukkan penurunan mulai dari Selasa (1/3) hingga Ahad (6/3), kasus aktif COVID-19 di Indonesia konsisten menurun di bawah 500.000 kasus per hari. Selasa
(1/3), kasus aktif menyentuh angka 568.276, sementara Ahad (6/3) berada di 475.951 kasus.

Perkembangan tersebut disertai oleh angka kesembuhan yang juga konsisten meningkat. Tingkat kesembuhan COVID-19 dalam beberapa hari terakhir, tercatat lebih tinggi daripada kasus aktif harian yang ada. Terlihat pada data Ahad (6/3), penambahan kasus sembuh sebanyak 49.080 sementara penambahan kasus aktif adalah 24.467.

Selain angka kasus aktif dan kesembuhan yang menunjukkan tren positif, angka perawatan pasien juga masih terus terkendali. Keterisian tempat tidur isolasi dan intensif untuk perawatan COVID-19 Ahad (6/3) mencapai 29 persen dari total kapasitas nasional, turun dari posisi 31 persen per Sabtu (5/3).

Secara terpisah, Anggota Komisi IX DPR Elva Hartati mengatakan vaksinasi menjadi faktor utama peningkatan kesembuhan pasien COVID-19. "Tentunya juga adanya kesadaran masyarakat mengenai COVID-19 dan penanganannya serta respons dan kesiapan pemerintah yang lebih baik," katanya.

Elva mengatakan saat ini tren kasus positif harian cenderung menurun dan patut disyukuri. "Namun, saya tetap mendesak Kementerian Kesehatan untuk terus mengintensifkan testing dan penelusuran terutama di seluruh daerah yang melaporkan kasus positif," katanya.

Menurut dia, testing dan penelusuran itu penting mengingat Omicron sangat cepat tersebar. "Semoga tren menurun ini terus terjadi sehingga pandemi segera terkendali," katanya.

Elva menyorot tentang angka kasus kematian di Indonesia yang kini menempati peringkat tertinggi ketiga di dunia dengan rasio 2,7 persen di bawah Peru dan Meksiko.

Ia mendorong perlu adanya proses evaluasi mendetail terkait terkait penyebab kematian akibat COVID-19 di Indonesia. "Apakah komorbid atau penanganan yang terlambat karena masyarakat cenderung isolasi di rumah," katanya.*

Baca juga: Angka kesembuhan pasien COVID-19 naik 46.669 orang

Baca juga: 350 warga Batam terkonfirmasi COVID-19 dalam sehari

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022