Tokyo,  (ANTARA News) -  Di tengah kehati-hatian masyarakat Jepang terhadap berbagai produk makanan impor, sejumlah komoditi makanan olahan asal Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Thailand ternyata bisa menembus pasar Jepang, seperti manisan jahe kering dan ubi madu, yang kini mulai banyak digemari.

Dua produk makanan olahan itu, manisan jahe kering asal Thailand dan ubi madu dari Indonesia mulai tersedia di pasar-pasar Jepang, seperti yang terjual di sejumlah supermarket di Tokyo, Rabu.

Menurut Atase pertanian KBRI Tokyo, Pudjiatmoko, Jepang mengimpor manisan jahe kering dari Thailand untuk di jual di pasar-pasar Jepang sejak awal Januari lalu, sedangkan dari Indonesia masih tetap berupa jahe mentah yang sebetulnya jauh lebih dulu dikenal luas masyarakat Jepang.

Pudjiatmoko sendiri mencoba membandingkannya dengan produk makanan manisan dari Indonesia.

"Bentuknya mirip manisan buah pala yang biasa di jual di Bogor. Manisan jahe Thailand ini juga ditaburi gula pasir yang membuat rasanya menjadi enak," katanya.

Dengan ketebalan 3-4 mm manisan jahe kering itu dikemas dalam lapisan plastik dan bungkusan yang menarik khas Jepang berukuran 150 gram. Makanan tersebut dijual seharga 298 yen atau setara Rp30.000. Tercantum juga tanggal kadaluarsanya, cara penyimpananya serta label yang menyatakan kemasannya bisa didaur ulang.

Sedangkan ubi madu asal daerah Cilembu, Sumedang, menurut Atase Perdagangan KBRI Tokyo Tulus Budhianto memang sudah banyak yang menggemarinya. Bahkan sebulan setelah berlangsungnnya Trade Expo 2008 November lalu di Jakarta, banyak perusahaan Jepang yang mengajukan permintaan untuk bisa mengimpor makanan dari Indonesia itu secara lebih luas lagi.

"Tahapannya kini sudah memasuki negosiasi harga, membicarakan tuntutan kualitas pasar Jepang, serta permintaan kelansungan pasokan secara kontinyu," kata Tulus lagi.

Lonjakan permintaan itu semakin terasa sejak dilangsungkannya Trade Expo 2008 November lalu. Berbagai pengajuan mengenai ubi madu terus saja masuk ke kantis asat perdagangan.

"Kini sedang disiapkan acara yang bisa mempertemukan kedua belah pihak. Peluang ini harus dimanfaatkan betul apalagi ada skema Economic Partnership Agreement (EPA) yang memungkinkan ekspor Indonesia membanjiri pasar Jepang," kata Tulus.

Pada Maret mendatang, kata Tulus, akan digelar "Food Expo" di Tokyo yang bisa menjembati kebutuhan akan tuntutan pasar makanan di Jepang.(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009