Lubukbasung (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat melalui Resor Maninjau menyebutkan konflik manusia dengan satwa liar jenis beruang madu (Helarctos malayanus) di Sidang Tangah, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, akibat dampak dari kekurangan makanan dan berkurang habitatnya.

"Beruang masuk ke permukiman warga untuk mencari makanan berupa buah-buahan di sekitar rumah dan bahkan memakan hasil perkebunan tebu milik warga," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau, Ade Putra di Lubukbasung, Kamis.

Ia mengatakan, konflik antara manusia dan satwa dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya itu juga akibat lokasi habitatnya sudah berkurang.

Baca juga: BKSDA Aceh siapkan senjata bius untuk tangkap harimau penyerang warga

Dengan kondisi itu, satwa tersebut mencari lokasi baru dimana adanya sumber makanan cukup banyak.

"Konflik manusia dengan satwa ini terjadi semenjak Januari 2021 dan bahkan beruang sering nampak oleh warga sekitar," katanya.

Ia menambahkan, Resor KSDA Maninjau telah melakukan penanganan konflik manusia dengan beruang madu tersebut dengan menurunkan tim.

Penanganan konflik berupa wawancara dengan saksi mata yang melihat beruang madu, identifikasi lapangan, memantau keberadaan satwa dari kotoran, jejak cakaran dan sisa makanan.

Baca juga: Petugas konservasi berupaya halau harimau pemangsa ternak di Mukomuko

Bahkan Resor KSDA Maninjau juga memasang dua kamera jebak, kandang jebak dan melakukan patroli.

"Upaya telah kita lakukan, namun belum berhasil untuk mengevakuasi beruang madu," katanya.

Ade mengimbau warga untuk mengantarkan anak ke sekolah dan pergi ke kebun lebih dari satu orang, agar tidak diserang satwa itu.

Baca juga: Tahun 2021, konflik satwa liar di Aceh masih jadi sorotan

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022