Hong Kong (ANTARA News) - Ekonomi negara-negara berkembang Asia akan mencatat pertumbuhan yang lebih lambat daripada perkiraan pada tahun ini dan pada 2012 karena mitra dagang mengurangi permintaan di tengah kekhawatiran soal perekonomian global, kata sebuah laporan Rabu.

Studi Bank Pembangunan Asia mengatakan laju pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut akan mencapai 7,5 persen tahun ini, turun dari 7,8 persen pada April, sedangkan 2012 akan mencapai pertumbuhan 7,5 persen, turun dari 7,7 persen, lapor AFP.
 
Permintaan yang melambat di AS dan Eropa "terus menebar awan di atas kawasan tersebut," kata bank yang berbasis di Manila itu, dan menambahkan bahwa pertumbuhan ekspor di ekonomi utama, termasuk penggerak perdagangan China, melemah secara "substansial."

"Pada saat yang sama, konsumsi domestik yang kuat dan perdagangan intra kawasan yang berkembang membantu menopang tingkat pertumbuhan yang masih solid (di negara berkembang Asia)," kata Changyong Rhee, kepala ekonom bank tersebut.

"Sejak awal pemulihan global, pertumbuhan ekspor ke (China) dari sejumlah negara Asia lebih kuat daripada ekspor mereka ke belahan dunia lainnya."

Pangsa perdagangan regional diantara ekonomi terbesar Asia meningkat hingga 47 persen pada paruh pertama 2011, naik dari 42 persen pada 2007, kata laporan tersebut.

Bank juga memperingatkan bahwa kenaikan harga "tetap menjadi ancaman bagi banyak negara" dengan tingkat inflasi negara berkembang Asia diperkirakan rata-rata 5,8 persen tahun ini, naik dari 5,3 persen perkiraan pada April, tambahnya.

Inflasi regional kemudian seharusnya mendingin menjadi 4,6 persen pada 2012 ketika harga komoditas jatuh "namun bank sentral masih akan terus mengawasi dengan ketat dan mungkin perlu mengambil tindakan perbaikan," kata ADB.

Kekhawatiran menyangkut banjir uang panas yang dialami kawasan ini mereda karena arus modal melambat dalam beberapa bulan belakangan, namun terdapat risiko lonjakan ketika ekonomi maju pulih dan pasar utang tenang, kata laporan itu.

"Modal sejauh ini mengalir masuk kawasan tersebut pada laju yang dapat dikendalikan, namun ketidakpastian ekonomi global berarti para pembuat kebijakan harus siap menghadapi gejolak lebih besar dalam arus modal," kata laporan itu.

Bank juga memperingatkan bahwa para pembuat kebijakan harus memfokus pada tatanan demografis kawasan dengan penduduk muda "semakin tua dengan sangat cepat, yang akan menempatkan banyak negara di bawah tekanan" pada dekade mendatang.

Laporan bank mempertimbangkan 44 yurisdiksi tersebar dari negara-negara Asia tengah bekas Soviet hingga sejumlah negara kepulauan Pasifik, namun mengecualikan negara-negara maju seperti Jepang, Australia dan selandia Baru.

Asia timur -- termasuk Hong Kong, China, Korea Selatan, dan Taiwan -- tetap menjadi penggerak ekonomi utama pembangunan Asia, kata laporan itu, dengan perkiraan pertumbuhan 8,1 persen tahun ini. Angka tersebut akan jatuh menjadi 8,0 persen pada 2012 karena mesin ekonomi China melambat, tambahnya.

Negara-negara Asia selatan yang dihantam inflasi akan mengalami pertumbuhan 7,2 persen tahun ini -- dengan perkiraan inflasi akan mencapai 9,1 persen -- sedangkan pertumbuhan kawasan yang dipimpin India akan mencapai 7,7 persen pada 2012, katanya.

Perkiraan pertumbuhan Asia tenggara dan tengah juga turun "sedikit" menjadi 5,4 persen dan 6,1 persen berturut-turut untuk 2011, dan 5,6 persen dan 6,6 persen tahun depan, kata ADB.

Di Pasifik, Papua Nugini yang kaya sumber daya alam, Timor Leste dan Kepulauan Solomon akan mendorong pertumbuhan kawasan itu menjadi 6,4 persen tahun ini, melambat menjadi 5,5 persen tahun depan. (ANT/K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011