Bengkulu (ANTARA News) - Kabut asap dari provinsi tetangga Jambi dan Riau hingga kini belum mengganggu penerbangan di Bengkulu, meskipun sudah ada tanda-tanda kabut yang dirasakan pada pagi hari.

Jarak pandang pesawat masih tetap seperti biasa karena di Bengkulu masih diliputi angin kencang, sehingga kabut asap itu tidak bisa bertahan lama, kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Bengkulu Ir Ali Berti, Kamis.

Namun demikian pihaknya bersama petugas Bandar Udara (Bandara) Fatmawati Soekarno Bengkulu sudah mengantisipasi dengan memantau dan menyiagakan petugas khusus di Bandara tersebut.

Kabut asap di Bengkulu belum mengganggu penerbangan terlebih tadi malam, Rabu (14/9) sudah turun hujan lebat di Kota Bengkulu dan sekitarnya, sehingga bintik-bintik kabut berkurang.

Ia mengakui, selama musim kemarau ada puluhan titik api terjadi di Bengkulu dan tersebar di daerah itu, namun jumlah tersebut masih sangat kecil dibandingkan kemarau tahun-tahun sebelumnya.

Data itu dihimpun dari Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu menyebutkan, saat ini baru ada sekitar 20 titik panas api tertangkap oleh satelit.

Dari jumlah itu 12 titik merupakan pancaran atap seng petani, sisanya adalah asap pembakaran sampah perkebunan seperti tunggul kayu dan lainnya, sedangkan pembakaran areal perkebunan secara besar-besaran tidak terjadi, ujarnya.

Kepala Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu Samsul Bandri ketika dihubungi lewat pesawat selulernya tidak aktif, namun sumber dari lapangan menyebutkan, asap dari provinsi tetangga itu belum mengganggu penerbangan di Bengkulu.

Kepala BKSDA Bengkulu Amon zamora mengakui, bahwa di Bengkulu saat ini sudah terdetiksi sekitar 20 titik asap, namun belum mengganggu bagi penerbangan dan pernapasan masyarakat daerah itu.

Untuk mengatisipasi meluasnya titik asap itu, pihaknya sduah menyiapkan sekitar lima kelompok masyarakat peduli api di sebra pada beberapa kabupaten rawan kebakaran.

Daerah rawan kebakaran di Bengkulu hanya terdapat pada kawasan pantai karena banyak terdapat rerumputan kering seperti alang-alang dan sebagianya mudah terbakar, sedangkan di dalam kawasan hutan masih aman dari gangguan kebakaran, katanya.
(T.Z005/I006)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011