Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia berada di zona merah pada Selasa pagi, karena melonjaknya kasus COVID-19 di China memukul kepercayaan investor yang sudah khawatir tentang perang Ukraina serta kenaikan suku bunga AS pertama dalam tiga tahun minggu ini.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang merosot 1,91 persen, dipimpin oleh saham China. Indeks MSCI telah jatuh 8,2 persen sejauh bulan ini.

Harapan bahwa pembicaraan antara Rusia dan Ukraina yang akan dilanjutkan pada Selasa dapat memberikan resolusi konflik mendorong penurunan tajam harga minyak global.

Namun, putaran keempat negosiasi yang dimulai Senin (14/3/2022) tanpa kemajuan besar yang terlihat, menambah kegugupan di pasar ekuitas.

Selama sesi Asia, minyak mentah AS tergelincir lebih lanjut 2,54 persen menjadi 100,44 dolar AS per barel, sejalan dengan penjualan aset-aset yang lebih luas. Minyak mentah Brent jatuh 2,27 persen menjadi 104,42 dolar AS per barel.

Dalam perdagangan AS, harga minyak telah turun sebanyak 5,8 persen karena prospek hasil positif dalam pembicaraan Ukraina meredakan kekhawatiran tentang gangguan pasokan besar.


Baca juga: Saham Asia menguat, minyak jatuh di tengah harapan kemajuan Ukraina

Tetapi menambah sentimen negatif secara keseluruhan adalah meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di China, yang dikhawatirkan investor akan mengganggu pertumbuhan ekonomi daratan pada kuartal pertama.

"Saat ini semua orang sedang melihat kasus-kasus China dan menyadari bahwa itu akan berdampak pada produksi," kata Hong Hao, kepala penelitian BOCOM International.

"Pertumbuhan China pada kuartal pertama bisa mendekati nol daripada 5,5 persen. Ada efek riak. Ada Ukraina, risiko sanksi AS terhadap China dan meningkatnya kasus COVID domestik China - itu tidak terlihat bagus."

Indeks Hang Seng Hong Kong tetap terperosok di wilayah negatif, anjlok 3,8 persen pada awal Selasa, menyusul aksi jual hampir 5,0 persen sehari sebelumnya. Indeks saham unggulan China CSI300 juga tergelincir 2,3 persen.

China pada Selasa melaporkan 3.602 kasus virus corona baru yang dikonfirmasi dibandingkan dengan 1.437 pada sehari sebelumnya, menurut Komisi Kesehatan Nasional.

Baca juga: Saham Asia naik, minyak turun di tengah harapan pembicaraan Ukraina

Fokus investor juga pada Federal Reserve AS, yang bertemu pada Rabu (16/3/2022) dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam tiga tahun untuk mengimbangi kenaikan inflasi.

Saham Australia melemah 0,5 persen, sementara Indeks Nikkei Tokyo sedikit lebih tinggi, naik 0,17 persen.

Saham-sahan AS mengalami sesi beragam, dengan penurunan perusahaan teknologi mendorong sebagian besar indeks ditutup lebih rendah pada Senin (14/3/2022).

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik menjadi 2,1419 persen dibandingkan dengan penutupan AS 2,14 persen pada Senin (14/3/2022).

Imbal hasil obligasi dua tahun, yang naik sejalan ekspektasi pedagang pada suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 1,865 persen, naik dari 1,849 persen.

Emas juga melemah di Asia dengan harga spot di 1.949,21 dolar AS per ounce.


Baca juga: Saham Asia merosot di tengah lonjakan inflasi dan risiko Ukraina
Baca juga: Saham Asia Tenggara bersinar saat krisis Ukraina picu harga komoditas

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022