Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan hasil studi "Future of TV" dari The Trade Desk, konsumsi layanan streaming hiburan/over-the-top (OTT) mengalami peningkatan 40 persen dari tahun ke tahun, dimana Indonesia memimpin konsumsi OTT di Asia Tenggara.

Baca juga: Netflix hentikan layanan streaming di Rusia imbas invasi ke Ukraina

Dikutip pada Rabu, studi ini menunjukkan saat ini satu dari tiga orang Indonesia menonton konten OTT dan mereka mengonsumsi 3,5 miliar jam konten setiap bulannya.

OTT pun menjadi salah satu platform hiburan yang paling banyak diminati masyarakat untuk menonton acara favorit mereka yang dapat diakses kapan dan di mana saja, melalui berbagai macam perangkat.

Jumlah penonton OTT berbasis iklan terus bertambah dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan konten on-demand. Menurut studi ini, terdapat lebih dari 50 juta penonton di Indonesia yang bergantung pada OTT berbasis iklan, dan ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 25 persen dari tahun sebelumnya.

Baca juga: Viu catatkan pertumbuhan kinerja perkuat posisi di Asia Tenggara

Indonesia kini menjadi pasar yang paling toleran terhadap iklan di Asia Tenggara. 42 persen orang Indonesia bersedia untuk menonton empat iklan atau lebih setiap jamnya demi mendapatkan konten gratis.

Dengan jutaan orang bergantung pada konten yang didukung iklan, OTT terbukti telah menjadi kanal yang penting bagi brand untuk bersaing guna mendapatkan perhatian konsumen yang sangat terbatas.

Studi ini juga menunjukkan bahwa konten OTT yang diproduksi secara profesional dan premium memberikan keuntungan bagi brand. Secara spesifik, brand recall dari iklan di OTT meningkat secara signifikan, dengan 35 persen penonton OTT mengingat brand yang diiklankan, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu hanya sebesar 23 persen.

"Perluasan jangkauan ini menjadi elemen penting dalam kampanye iklan TV yang komprehensif," kata Country Manager The Trade Desk Indonesia, Florencia Eka.

Studi ini menekankan bahwa penonton lebih memilih OTT untuk menyaksikan acara favorit mereka dibandingkan TV tradisional.

Dibandingkan tahun sebelumnya, kesenjangan antara preferensi penggunaan OTT dan TV tradisional untuk menonton acara favorit mereka tercatat hanya 13 persen, sedangkan saat ini kesenjangannya semakin signifikan menjadi 22 persen.

Selain itu, Gen Z mendominasi perbedaan preferensi ini dengan kesenjangan sebesar 27 persen, menggambarkan bagaimana generasi muda mulai meninggalkan TV tradisional.

Studi ini menemukan bahwa 51 persen penonton OTT adalah Gen Z dan Millennial dengan rentang usia 16-34 tahun. Sebagian besar audiens muda tersebut adalah pengguna loyal, terlihat dari konsumsi konten OTT yang mencapai 4 jam bahkan lebih setiap harinya.

Kelompok usia tersebut juga merupakan kelompok yang paling dilirik oleh pengiklan karena mereka tengah berada pada fase di mana mereka mulai membangun loyalitas jangka panjang dengan brand, dan mereka cenderung menjadi pencetus tren bagi seluruh kelompok usia.

Adapun konten Korea merupakan konten OTT yang paling populer di Indonesia. 57 persen dari penonton OTT memilih konten Korea di antara dua pilihan genre teratas mereka dan popularitasnya di antara penonton perempuan tidak tertandingi.

Ketika drama Korea tetap menjadi genre favorit penonton perempuan di kalangan Gen Z dan Millennial, penonton pria di kalangan Gen Z justru lebih memilih konten komedi, aksi, serta anime, sementara penonton pria di kalangan Millennial lebih memilih konten olahraga yang disiarkan secara live.


Baca juga: Perangkat streaming mobil Spotify Car Thing mulai dijual hari ini

Baca juga: Disney+ uji coba siaran langsung, tayangkan nominasi Oscar

Baca juga: Spotify dominasi pasar "streaming" musik

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022