Pontianak (ANTARA News) - Komisi Penyiaran Indonseia (KPI) mengimbau masyarakat Indonesia harus berani memprotes televisi maupun radio yang telah menyimpang dari kaidah-kaidah dan budaya ketimuran. "Kami siap menampung aspirasi masyarakat, baik menyangkut kritikan maupun saran terhadap tayangan televisi dan radio yang telah menampilkan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak," kata anggota KPI Pusat, Bimo Nugroho Sekundatmo di Pontianak, Kamis. Ditemui wartawan seusai Seminar Isu Gender, Bimo mengatakan, tujuan utama KPI dalam persoalan gender adalah menjalin kerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan, menyangkut persoalan penyiaran yang sangat berpengaruh terhadap urusan perempuan dan anak. Karena banyak siaran di televisi, meliputi sinetron, pemberitaan, hiburan, yang ternyata sangat melecehkan kaum perempuan dan anak dan itu tentu saja sangat merugikan mereka, katanya. Harapannya, supaya di masa depan, masyarakat mulai melihat media elektronik maupun media massa lain, dapat memprotes tayangan yang menjadikan kaum perempuan dan anak sebagai objek pelecehan, dan perempuan dan anak sebagai hal yang perlu dibisniskan. Ia menambahkan, kekerasan melalui penayangan televisi maupun media massa adalah suatu bentuk kekerasan yang terselubung, oleh karena itu harus dilawan bersama-sama. Tidak semua tayangan yang ditampilkan televisi yang ada di Indonesia sifatnya kurang baik. Banyak juga tayangan televisi yang sifatnya mendidik. Karena itu, pada setiap bulannya, ada laporan dari KPI pusat tentang jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh televisi dan radio. Untuk 2005 saja terdapat sekitar 251 pelanggaran yang berkaitan dengan seksual, horor, pornografi, kekerasan, dan mistik. "Karena itu kami mengharapkan suatu gerakan bersama dalam mengatasi hal itu, gerakan itu adalah gerakan secara refresif pada media," jelasnya. Menurut ia, hendaknya tayangan televisi lebih mengembangkan isi siaran televisi itu sendiri kepada hal-hal bersifat mendidik, supaya lebih berguna bagi masyarakat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006