Jakarta (ANTARA) - Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mohamad Miftah mengatakan sebanyak 21,8 persen serangan siber yang tercatat sepanjang Januari sampai September 2021.

"Sektor keuangan menempati posisi kedua sebagai target serangan siber pada 2021. Meskipun demikian, gangguan dan kerugian yang ditimbulkan oleh serangan siber di sektor keuangan masih menempati posisi tertinggi," kata Miftah dalam webinar "Hybrid Banking Ekosistem" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Ia mencatat selama Januari sampai September 2021 terdapat 920 juta serangan siber di Indonesia atau meningkat hampir dua kali lipat dibanding seluruh 2020 yang sebanyak 495,3 juta serangan.

"Serangan tertinggi pada Mei 2021 sebanyak 186,2 juta kali serangan yang berangsur turun di dua bulan berikutnya," katanya.

Dari seluruh serangan siber yang terjadi, terdapat tiga jenis serangan terbanyak yang terdeteksi di Indonesia yaitu malware sebanyak 58 persen, aktivitas trojan 11 persen, dan pengumpulan informasi target sebanyak 10 persen dari total serangan.

Selain serangan siber, digitalisasi perbankan juga menghadapi tantangan salah satunya inovasi yang masih berfokus pada simplifikasi layanan perbankan tradisional.

"Kita sadari bahwa inovasi digital perbankan masih berfokus pada simplifikasi dan digitalisasi jasa keuangan tradisional, atau baru pada tahap digitize belum sampai pada tahap digitalize," katanya.

Di samping itu, kemampuan adaptasi nasabah yang lambat dan regulasi pemerintah yang belum lengkap juga masih menjadi penghambat digitalisasi perbankan.

Baca juga: OJK: Perbankan akan jadi pusat ekosistem digital di masa depan

Baca juga: Perkembangan internet belum mampu pacu pertumbuhan literasi keuangan


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022