Jakarta (ANTARA News) - Rupiah yang sejak pagi menghadapi tekanan, pada Kamis sore menguat terhadap dolar AS didorong oleh intervensi Bank Indonesia.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarBank di Jakarta Kamis sore bergerak menguat sebesar 100 poin ke posisi 8.760 dibanding sebelumnya 8.860 per dolar AS.

"Rupiah berbalik arah setelah menyentuh level 9.000, hal itu dilakukan BI dengan mengintervensi rupiah agar tetap terjaga di level 8.700 hingga 8.800," kata pengamat pasar uang Ruly Nova yang juga analis valuta asing dari Bank Saudara.

Ia mengatakan, untuk menjaga rupiah BI telah menggunakan cadangan devisa hingga dua miliar dolar AS dari posisi 124,6 miliar dolar AS menjadi 122,6 miliar dolar AS.

"Diperkirakan cadangan devisa akan tergerus seiring dengan belum kondusifnya krisis global," ujar dia.

Ia menambahkan, pelaku pasar saat ini menunggu kebijakan bank sentral AS (The Fed) untuk dapat memberikan upaya dalam memperbaiki ekonomi.

Rully mengatakan, rupiah kemungkinan akan kembali terpuruk karena pasar uang global dan regional semakin negatif yang akan menekan pasar uang domestik.

Analis pasar saham dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, untuk minggu ke empat September ini diperkirakan rupiah cenderung masih berpotensi melemah.

"Namun pelemahan rupiah akan terbatas karena intervensi dari Bank Indonesia (BI)," kata dia.

Ia mengemukakan, penurunan kepemilikan asing pada aset Surat Utang Negara (SUN) terlihat sangat tajam dari posisi Rp251 triliun pada posisi 9 September menjadi Rp236 triliun pada akhir minggu lalu (16/9).

"Sehingga ada penurunan sekitar Rp14,38 triliun atau setara dengan 1,6 miliar dolar AS," kata dia.

Sementara, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (22/9) tercatat mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS menjadi Rp8.988 dibanding pada harga hari sebelumnya 8.875.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011