Beijing (ANTARA) - Saham-saham Asia jatuh pada perdagangan Kamis pagi, sementara aksi jual obligasi pemerintah AS berhenti dan harga minyak naik, karena investor dan pedagang mempertimbangkan perkembangan terbaru dalam perang Ukraina dan komentar lebih hawkish dari pejabat Federal Reserve AS.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,6 persen. Indeks Nikkei Jepang turun lebih dari 1,0 persen, setelah menyentuh level tertinggi dua bulan di sesi sebelumnya.

Pasar China dibuka lebih rendah, dengan Indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) turun 0,9 persen dan indeks saham unggulan China daratan melemah 0,7 persen. Saham Tencent Holdings anjlok 4,6 persen setelah membukukan kenaikan penjualan paling lambat yang pernah ada.

Presiden AS Joe Biden tiba di Brussels untuk serangkaian pertemuan puncak tentang Perang Ukraina, dengan Biden akan mengumumkan paket sanksi AS terkait Rusia terhadap tokoh politik dan oligarki pada Kamis.

Harga minyak bertahan. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Rabu (23/3/2022) bahwa Moskow, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus", akan meminta pembayaran dalam rubel untuk gas yang dijual ke negara-negara "tidak bersahabat".

Brent berjangka naik sekitar 45 sen atau 0,4 persen, menjadi 122,05 dolar AS per barel dan minyak berjangka West Texas Intermediate AS naik sekitar 15 sen atau 0,2 persen, menjadi 115,07 dolar AS per barel.

Sementara itu, pasar obligasi berhenti sejenak untuk bernapas dengan imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir di 2,3098 persen di perdagangan Tokyo, setelah mundur dari puncak hampir tiga tahun di 2,4170 persen semalam.

Imbal hasil obligasi dua tahun, yang lebih sensitif terhadap ekspektasi pedagang untuk suku bunga dana Fed, berdiri di 2,1233 persen, turun dari tertinggi hampir tiga tahun di 2,2020 persen yang dicapai Selasa (22/3/2022).

Pembuat kebijakan Federal Reserve pada Rabu (23/3/2022) mengisyaratkan bahwa mereka siap untuk mengambil tindakan yang lebih agresif buat menurunkan inflasi yang sangat tinggi, termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga setengah poin pada pertemuan kebijakan berikutnya pada Mei.

Indeks ekuitas utama AS turun lebih dari 1,0 persen pada Rabu (23/3/2022). Indeks Dow Jones Industrial Average turun 448,96 poin atau 1,3 persen menjadi 34.358,5 poin; S&P 500 turun 55,41 poin atau 1,2 persen menjadi 4.456,2 poin; dan Komposit Nasdaq turun 186,21 poin atau 1,3 persen, menjadi 13.922,60 poin.

"Ekuitas membalikkan bagian dari reli baru-baru ini karena imbal hasil obligasi menurun, dalam sebuah langkah yang mungkin hanya kemunduran moderat setelah reli selama 10 hari terakhir," kata Kyle Rodda, analis pasar di IG.

"Ini masih merupakan pasar yang relatif bergejolak, (yang) menunjukkan bahwa pergerakan saham yang bagus ini harus diperlakukan dengan hati-hati."

Pasar mata uang stabil pada Kamis dengan yen Jepang mengalami kerugian besar. Yen telah mencapai level terendah enam tahun di 121,41 pada Rabu (23/3/2022) karena meningkatnya imbal hasil AS dan neraca perdagangan yang memburuk menyedot uang tunai dari Jepang.

Euro melayang di 1,0988 dolar AS dan dolar Australia mengambil nafas setelah beberapa hari naik besar. Aussie sedikit berubah pada 0,74955 dolar AS, mendekati level tertinggi hampir lima bulan di 0,75070 dolar AS yang disentuh pada Rabu (23/3/2022).

Emas sedikit lebih rendah, diperdagangkan pada 1.942,9 dolar AS per ounce.

Baca juga: IHSG terkoreksi ikuti pelemahan bursa global dan regional
Baca juga: Wall Street melemah karena reli minyak, Dow jatuh hampir 450 poin
Baca juga: Dolar menguat, euro melemah, saat Biden bawa rencana sanksi ke Eropa
Baca juga: Emas datar di Asia, dolar yang lebih kuat imbangi kekhawatiran Ukraina

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022