Di 2022, dengan tidak lagi dibutuhkan antigen dan PCR untuk perjalanan mudik, tentu akan naik lebih tinggi dari tahun lalu dan pilihan moda transportasinya tidak fokus ke kendaraan pribadi saja
Jakarta (ANTARA) - Lembaga riset konsumen Nielsen menyebut kebijakan Pemerintah yang memperbolehkan mudik Lebaran 2022/Idul Fitri 1443 H bisa menjadi kesempatan merek-merek untuk beriklan lebih gencar.

Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina dalam jumpa pers daring yang dipantau di Jakarta, Kamis, mengatakan mudik Lebaran tahun ini tidak lagi mewajibkan syarat tes COVID-19 sehingga masyarakat akan lebih berani menggunakan transportasi publik seperti kereta api, bus atau pesawat terbang.

"Hal-hal ini tentu akan menggairahkan bisnis online travel, ticketing, bisnis pariwisata, juga menggairahkan bagi pemilik brand karena aktivasi brand, kampanye saat mudik itu, sekarang bisa dilakukan lagi. Misal beriklan di airport atau pasang iklan di billboard di sepanjang jalur mudik," katanya.

Hellen juga menilai aktivitas mudik akan kembali marak setelah dua tahun pandemi sempat dilarang dan dibatasi.

Hasil survei Nielsen Consumer and Media View di 11 kota besar di Indonesia menunjukkan sebanyak 13 persen orang melakukan mudik Lebaran 2019. Namun, angka tersebut anjlok pada 2020 menjadi 7 persen karena adanya larangan mudik.

"Namun kami melihat banyak masyarakat yang sejak awal PJJ (pembelajaran jarak jauh), bekerja dari rumah, itu sudah mudik duluan, sebelum Ramadan," katanya.

Sementara itu, pada 2021, jumlah masyarakat yang mudik naik menjadi 25 persen meski ada kebijakan PPKM.

Menariknya, lanjut Hellen, perjalanan luar kota atau mudik lebih tinggi yang menggunakan kendaraan pribadi karena lebih aman.

"Di 2022, dengan tidak lagi dibutuhkan antigen dan PCR untuk perjalanan mudik, tentu akan naik lebih tinggi dari tahun lalu dan pilihan moda transportasinya tidak fokus ke kendaraan pribadi saja," imbuhnya.

Lebih lanjut, Hellen menjelaskan belanja iklan mengalami kenaikan signifikan selama masa pandemi. Sepanjang 2019-2020, ada kenaikan belanja iklan hingga 26 persen. Demikian pula belanja iklan pada tahun 2021 naik 14 persen dibandingkan 2020.

"Kenaikan tersebut dikontribusi dari kenaikan jumlah spot tayang dan kenaikan ratecard dari stasiun TV," katanya.

Sebelumnya, laporan tahunan Nielsen mencatat belanja iklan sepanjang 2021 tumbuh 14 persen dari 2020 dengan total belanja iklan baik di televisi, channel digital, media cetak, maupun radio mencapai Rp259 triliun, berdasarkan perhitungan gross rate card.

Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina mengatakan televisi masih menjadi saluran iklan pilihan para brand dengan 78,2 persen, disusul channel digital 15,9 persen, media cetak 5,5 persen, dan radio 0,4 persen.

Baca juga: Belanja iklan 2021 Rp259 triliun, saluran digital nomor dua
Baca juga: Pandemi dan Ramadhan ubah tren menonton TV
Baca juga: Nielsen: Perhatian masyarakat terhadap keadaan ekonomi meningkat

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022