Jakarta (ANTARA News) - Vendor telepon selular cerdas asal Kanada, Research In Motion (RIM), akhirnya memalingkan perhatiannya ke Indonesia dengan berkomitmen untuk menanamkan investasi di Tanah Air, tapi bukan dalam bentuk pembangunan pabrik.

Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa di Jakarta, Senin, usai menerima perwakilan RIM.

Menurut Hatta, nota kesepahaman mengenai penanaman investasi ini akan ditandatangani oleh perwakilan pemerintah dengan pihak RIM pada November mendatang.

"Komitmen hitam di atas putihnya akan ditandatangani pada November 2011," ucap Hatta usai bertemu dengan Vice President Government Relations RIM Dave Pryce.

Hatta mengatakan investasi yang akan dilakukan RIM ini bukan berupa pendirian pabrik, seperti yang diharapkan pemerintah selama ini, terkait dengan tingginya permintaan ponsel BlackBerry di Tanah Air. Beberapa waktu lalu RIM memutuskan untuk membangun pabrik di Malaysia.

Untuk investasi ini, kata Hatta, salah satunya dengan membangun institut untuk pengembangan aplikasi RIM untuk menopang kebutuhan pasar dunia.

"Dia (RIM) akan investasi di Indonesia segera dan saya katakan silakan. Untuk aplikasi, membangun research center, lalu membangun institut untuk aplikasi yang `market,-nya untuk dunia," ungkap Hatta.

Dalam program ini, RIM akan meniru pola yang mereka lakukan di India, yaitu menggandeng beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

"Investasinya soal aplikasi, `software`. Jadi bukan membuat `hardware`-nya. Menurut saya itu besar dan meng-`create` (menciptakan) semacam suatu "technopreneur", jadi meng-`create` wirausaha-wirausaha teknologi. Dan akan bekerja sama juga dengan beberapa perguruan tinggi," tandasnya.

Pada kesempatan itu, Hatta juga menjelaskan bahwa ada beberapa tempat yang direkomendasikan pemerintah untuk dijadikan lahan investasi bagi RIM, yaitu Bali dan Bandung. "Saya tadi menyebutkan seperti misalkan di ITB di daerah Bandung. Bali juga mungkin," ujarnya.

Sementara mengenai besaran nilai investasi RIM tersebut, Hatta belum bersedia mengungkapnya. (IAZ/TRT/B012)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011