Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, memboyong alat tenun bukan mesin (ATBM) yang digunakan untuk membuat tenun ikat, kain khas kota itu, dalam ajang International Handicraft Trade (INACRAFT) 2022 di Jakarta Convention Center.

"Kami memang sengaja memboyong ATBM ke pameran INACRAFT tahun ini. Karena kami yakin itu akan menjadi magnet bagi pengunjung dan akan menjadi pengalaman menarik jika mereka mau mencobanya," kata Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Kediri, Salim Darmawan, saat dikonfirmasi di Kediri, Jumat.

Ia mengatakan, langkah itu dinilai tepat karena calon pembeli bisa melihat langsung proses membuat tenun ikat yang membutuhkan waktu.

"Kalau sudah mencoba atau minimal melihatnya langsung, calon pembeli tenun ikat akhirnya bisa memahami bahwa proses penenunan benang menjadi kain tenun itu sangat rumit, itu baru proses di ATBM, belum proses di workshop para penenun yang harus melalui 14 tahapan. Dengan begitu, orang bisa lebih menghargainya dan bisa menjadi nilai tambah, sehingga pelan-pelan para perajin bisa menjual kain tenun lebih mahal, sehingga keuntungannya lebih besar," kata dia.

Ia berharap dengan ikut serta membawa alat tenun ikat di pameran itu, kain khas dari Kota Kediri ini bisa lebih dikenal masyarakat, perajin juga semakin sejahtera, begitu juga dengan pekerja, sebab omzet juga naik.

"Dengan begitu, idealnya kelak upah buruh yang memang sistemnya dibayar per lembar kain bisa naik, sehingga regenerasi perajin tenun berjalan, karena mereka tidak mencari pekerjaan lain yang bisa memberi penghidupan lebih layak," kata Salim.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Feronica yang juga akan ikut serta dalam pameran itu mengatakan animo pengunjung cukup besar melihat proses pembuatan tenun ikat.

Salah satunya saat istri Bupati Sekandau, Kalimantan Barat, Magdalena Susilawati Aron SP, berkunjung ke stand Kota Kediri di pameran International Handicraft Trade (INACRAFT) 2022 di Jakarta Convention Center tersebut.

Bunda Fey, sapaan akrabnya, mengatakan istri Bupati Sekandau tersebut melihat displai alat tenun bukan mesin untuk membuat tenun ikat dan spontan mencobanya, namun ternyata alat tenun dari Kota Kediri tersebut berbeda dengan proses penenunan kain yang juga ada di Kabupaten Sekandau.

"Kalau di tempat Bupati Sekandau, proses menenun dilakukan dengan berselonjor kaki di lantai, alat untuk menenun dipangku di atas paha. Kalau punya Kota Kediri ini beda, karena orangnya duduk di kursi, dan alat tenunnya lebih besar," kata Magdalena, yang ditirukan Bunda Fey.

Kain tenun ikat "Kumpang Ilong" banyak diproduksi dan digunakan Suku Dayak di Kabupaten Sekadau pada 2020 dan telah tercatat sebagai Warisan Budaya tak Benda Indonesia di Kemendikbud RI.

Bunda Fey juga sempat melihat Magdalena kesulitan mengoperasikan alat tenun dari Kota Kediri itu, sehingga Bunda Fey menghampiri, kemudian membantunya. Ia mempersilakan istri Bupati Sekandau tersebut duduk lalu kakinya diposisikan di tuas kayu di bawah, kemudian menginjaknya bergantian dengan tangan menarik alat tenun ke belakang.

Bunda Fey lalu memanggil Erwin, perajin Tenun Ikat Bandoel Kediri, untuk ikut menjelaskan pengoperasian alat tenun bukan mesin tersebut.

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022