Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) membeberkan beberapa strateginya untuk membawa film- film karya sineas Indonesia bisa mendunia dan dikenal masyarakat global.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebutkan perfilman mendapat perhatian khusus dan salah diunggulkan untuk ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia karena berperan sebagai lokomotif ekraf nasional dan bisa mendukung 16 subsektor ekraf lainnya.

"Kita memang sudah mengajukan program lain untuk subsektor film. Ini akan kita koordinasikan dan mudah- mudahan bisa masuk ke skema- skema produksi film mulai dari praproduksi, produksi, hingga tahapan promosi. Ini memang dibutuhkan untuk kebangkitan ekonomi kita," kata Sandi saat dijumpai di kawasan Jakarta Selatan, Selasa.

Selain menyiapkan program dukungan dengan menjembatani pembiayaan film dengan mempertemukan sineas dan investor lewat program bernama Akatara untuk memperbanyak konten berkualitas dari dalam negeri.

Baca juga: Sandiaga "tularkan" budidaya ikan dalam ember bagi warga Pesanggrahan

Kemenparekraf juga mendorong agar Deputi Pemasaran di lembaganya bisa membawa film- film Indonesia semakin dikenal di mata dunia.

"Tentunya nanti ada Deputi Pemasaran Ekraf, mereka bisa memfasilitasi untuk ikut keluar negeri," ujar Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hanifah Makarim.

Di samping program dari Pemerintah, Sandi berharap dukungan dari para pelaku di ekosistem industri perfilman bisa menyempurnakan program yang telah disiapkannya.

Ia mendorong "kolabor-aksi" dari berbagai pihak, tidak hanya kolaborasi semata tapi harus menciptakan dampak yang baik untuk masyarakat serta membanggakan nama harum Indonesia sehingga dinamakan "kolabor-aksi".

"Kita inginnya 'kolabor-aksi' dengan dunia usaha, swasta seperti Kadin, agar berpartisipasi di sini, juga diharapkan bisa mengangkat kekayaan alam serta keragaman dari budaya kita," ujar Sandi.

Sektor perfilman Indonesia menjadi lokomotif ekraf di Indonesia karena memiliki pasar yang kuat.

Sandi menyebutkan pada 2019, Indonesia masuk dalam 10 besar pasar film terbesar di dunia dengan pencapaian 500 juta dolar AS di tahun itu.

Jumlah yang besar tersebut diharapkan bisa kembali dicapai sektor perfilman Indonesia yang sempat terpukul akibat pandemi COVID-19.

Baca juga: Sandi harap Akatara 2022 dorong kebangkitan ekonomi dari perfilman

Baca juga: DKI kemarin, penonton Formula-E dikurangi hingga pertunjukan wayang

Baca juga: Pemerintah fasilitasi industri penerbitan tampil di London Book Fair

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022