... ada penggantian atap dan pengecetan serta penataan taman, tapi struktur bangunan 90 persen masih asli...
Bengkulu (ANTARA News) - Perbaikan aset bersejarah yakni rumah proklamator Bung Karno di Kelurahan Anggut Kota Bengkulu membutuhkan dukungan dari pemerintah provinsi dan Kota Bengkulu.

"Kami sudah mengusulkan perbaikan rumah ke BP3 Jambi, tapi kalau pemerintah daerah juga mengusulkan ada kemungkinan disetujui," kata Sugrahanudin, juru pelihara rumah Bung Karno di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan dukungan pemerintah daerah penting untuk memperjuangkan dana perbaikan rumah bersejarah yang menginduk ke BP3 Jambi yang membawahi empat provinsi yakni Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu dan Bangka Belitung itu.

Apalagi pemerintah Indonesia sudah menetapkan situs Muaro Jambi di Provinsi Jambi sebagai salah satu situs penting yang akan didaftarkan ke badan PBB, Unesco.

"Ini membuat perhatian terhadap cagar budaya lain otomatis berkurang, jadi kami harapkan pemerintah daerah proaktif," tambahnya.

Ia mengatakan hampir 80 persen struktur bangunan tersebut sudah layak diganti karena sudah rapuh dimakan usia.

Rumah yang ditempati Bung Karno selama menjalani pengasingan di Kota Bengkulu pada 1938 hingga 1942 tersebut memiliki lima ruangan yaitu dua ruang tamu, dua ruang tidur dan satu ruang kerja Sang Proklamator.

"Terakhir diperbaiki pada 2008, ada penggantian atap dan pengecetan serta penataan taman, tapi struktur bangunan 90 persen masih asli," tambahnya.

Kondisi saat ini atap di beberapa titik bocor sudah bocor sehingga mempercepat kerusakan bangunan.

Sejumlah kusen atau tiang penyangga utama juga sudah lapuk dimakan rayap sehingga Sugrahanudin khawatir rumah itu ambruk.

Bahkan, satu jendela di ruang tamu, dimana sepeda ontel milik Bung Karno dipajang, tidak bisa dibuka dan ditutup karena tiang penyangga sudah keropos.

"Karena kalau jendela dibuka langsung lepas, terpaksa dipaku dan tidak bisa dibuka lagi," tambahnya.

Rumah yang pernah ditempati Bung Karno bersama istrinya tersebut adalah milik seorang saudagar berdarah Tionghoa. Pada masanya, rumah tersebut merupakan salah satu rumah termewah dengan sentuhan arsitektur gaya Eropa dan China.

Di rumah itu pula Soekarno untuk pertama kalinya bertemu dengan Fatmawati, putri tokoh Muhammadiyah Bengkulu, yang dinikahinya setelah resmi bercerai dari Inggit Ganarsih.

Sugrahanudin mengatakan meski kondisi bangunan sudah keropos dan bisa ambruk sewaktu-waktu, tingkat pengunjung ke rumah bersejarah itu masih tinggi.

Terutama di musim libur sekolah dan hari besar keagamaan, rumah tersebut selalu ramai dikunjungi masyarakat.

"Hasil pendapatan dari pengunjung yang dipungut retribusinya Rp2500 per orang, kami gunakan untuk pemeliharaan rumah, termasuk halaman yang cukup luas," katanya.
(KR-RNI)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011