Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, sekarang kondisi perekononomian global memburuk dan pemerintah perlu mewaspadai kondisi obligasi berdenominasi dolar AS.

"Situasi global dibandingkan dengan pertemuan terakhir (Bank Dunia dan IMF) di Washington tiga minggu yang lalu, kondisinya lebih buruk," ujarnya dalam rapat koordinasi penyelesaian RUU APBN 2012 di Jakarta, Senin.

Menkeu menjelaskan pemerintah perlu mewaspadai kondisi obligasi berdenominasi dolar AS karena bisa mengalami koreksi terkait memburuknya sistem perbankan di Eropa dan memberikan tekanan ke wilayah Asia Pasifik termasuk Indonesia.

"Tentu untuk Indonesia kita perlu waspada karena perbankan di Eropa, eksposure-nya ke Asia Pasifik cukup besar, termasuk ke Indonesia. Yang kita musti waspadai adalah `sovereign bonds` dari global, `sovereign bonds` itu yang musti kita waspadai," ujarnya.

Menurut dia, situasi global diprediksi belum akan membaik karena pelambatan pertumbuhan di Amerika Serikat (AS), ancaman pemanasan ekonomi (overheating) di negara berkembang serta krisis di Timur Tengah makin buruk, bisa mempengaruhi asumsi harga dan lifting minyak.

Selain itu, lanjut Menkeu, Eropa juga membutuhkan pengelolaan fiskal, perbankan, likuiditas dan stabilitas politik untuk menghadapi krisis yang kemungkinan akan terus terjadi hingga tahun depan.

"Negara Eropa harus bersatu menyetujui program penyelamatan. Saat ini kondisinya lebih memburuk. Jadi betul-betul diharapkan semua itu mewaspadai lima area itu tadi," ujarnya.

Namun, menurut Menkeu, Indonesia bukan salah satu negara yang mengalami pemanasan ekonomi karena angka laju inflasi sangat rendah dan masih terkendali.

"Di negara lain, yang ada potensi `overheating` itu kan terlihat dari inflasi yang meningkat. Namun bisa dikatakan di Indonesia, inflasi justru terkendali. Jadi secara umum kita cukup siap, tapi tidak mengurangi kewaspadaan kita," katanya.

Dengan situasi tersebut, Menkeu melanjutkan sangat wajar pertumbuhan ekonomi dunia mengalami koreksi menurun dari prediksi sebelumnya karena ketidakpastian yang melanda saat ini.

"Kalau yang namanya kondisi global itu kan yang tadinya pada 2010 5-5,1 persen, tahun 2011 kan diperkirakan 4 persen. Dan 4 persen itu karena sumbangan negara maju 1,5 persen sedangkan negara berkembang 6 persen. Diperkirakan 2012 juga 4 persen kondisinya, jadi ada koreksi kebawah," ujarnya.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menambahkan pemerintah memfokuskan diri pada penguatan ekonomi yang didukung dengan fundamental ekonomi nasional, penguatan pasar dalam negeri, serta pola koordinasi antisipasi dan mitigasi krisis yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan serta Bank Indonesia sebagai salah satu protokol krisis manajemen.

Dengan alasan tersebut, Hatta mengaku lebih optimis pemerintah mampu menjaga momentum pertumbuhan, daya beli masyarakat serta tekanan inflasi sehingga lebih siap menghadapi kemungkinan terburuk dari kondisi ekonomi global.

"Saya kok yakin kita akan jauh lebih baik daripada ketika kita menghadapi 2008, jauh lebih baik," kata Hatta.

(S034/A023)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011