... kini menyaksikan pernikahan kerajaan ala Cinderella, yaitu pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, dengan seorang kawulo bernama Achmad Ubaidillah...
Siapa tidak tahu dongeng Grimm bersaudara, Cinderella. Kisah gadis dari kalangan biasa yang menikah dengan seorang pangeran ini, begitu digemari tidak hanya oleh anak-anak namun juga orang dewasa. Bahkan ada pula yang bermimpi ingin menikah seperti Cinderella.

Pernikahan a'la Cinderella terjadi di dunia nyata dan sering menjadi kisah tersendiri. Indonesia kini menyaksikan pernikahan kerajaan a'la kisah Cinderella, yaitu pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, dengan seorang kawulo bernama Achmad Ubaidillah.

Ubaidillah lalu diberi gelar bangsawan Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pernikahan agung telah digelar pada Selasa, di Kepatihan, Bangsal Kencono, Keraton Yogyakarta itu diperkirakan dihadiri 2.500 tamu undangan.     

Selayaknya perhelatan agung Yogyakarta, rakyat pun ikut menikmati pesta pernikahan putri bungsu Kanjeng Sultan itu. Sebanyak 150 angkringan aneka minuman dan makanan, mulai dari "nasi kucing", tempe dan tahu goreng atau bacem, sampai wedang jahe, dan jeruk itu, siap dinikmati warga masyarakat pada 17-18 Oktober 2011. Menikmati angkringan itu semakin lengkap karena ada persembahan berbagai pertunjukan seni di Jalan Malioboro.

Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara saat ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta. Sejak Maret lalu, dia menjabat Kasubbid Komunikasi Politik Bidang Media Cetak. Orangtua pria asal Lampung alumnus Pascasarjana Institut Ilmu Pemerintahan itu, adalah karyawan biasa, pegawai Badan Pertahanan Nasional sementara ibunya seorang pensiunan Kantor Kementerian Agama.

Lain Yogyakarta, lain pula bagian lain dunia ini. Kisah dan prosesi perkawinan kerajaan seperti yang terjadi di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga terjadi di beberapa negara lain.
 
Raja Bhutan, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, yang berusia 31 tahun, lulusan Universitas Oxford itu baru saja menikahi gadis dari kalangan rakyat biasa, Jetsun Pema, mahasiswi berusia 21 tahun, pada hari Kamis (13/10). Pema, perempuan kelahiran 4 Juni 1990, adalah mahasiswi Regents College di London, Inggris, sedangkan ayahnya, Dhondup Gyaltshen, pilot pesawat terbang komersil.

Perkawinan Jigme Wangchuk itu sangat megah untuk ukuran Bhutan, satu kerajaan di puncak dunia, di Pegunungan Himalaya. Dalam prosesi perkawinan secara Buddha, kesakralan perkawinan itu sangat merasuk ke atmosfer kerajaan itu.

Jika Bhutan sulit untuk diakses dan dibayangkan kebesaran upacara perkawinan rajanya, maka mari kita kunjungi Kerajaan Inggris Raya, yang baru-baru ini melangsungkan perkawinan pewaris kedua kerajaan yang menguasai tujuh samudera itu. Pangeran William, putera pertama Pangeran Charles dan Puteri Diana, menikahi Kate Middleton, seorang perempuan biasa bukan berdarah biru pada 29 April 2011 lalu. Kate yang mendadak tenar itu teman satu kampus William di Universitas St Andrews.

Karena resmi menjadi anggota keluarga kerajaan (noble family), Kate diberi gelar Duchess of Cambridge dari Istana Buckingham. Sedikit mengulas, ibu Kate adalah mantan pramugari British Airways, sementara ayahnya mantan awak darat maskapai penerbangan itu, yang akhirnya membuka usaha  menjual perlengkapan dan dekorasi pesta.

Ciuman pertama di balkon Istana Buckingham ditunggu-tunggu puluhan ribu warga London dan Inggris Raya serta turis-turis yang telah berada di luar halaman istana itu sejak pagi hari.

Lebih dekat lagi dengan kita adalah perkawinan di kekaisaran tertua di dunia yang masih bertahan sampai saat ini. Tahta Seruni di Istana Akasaka, Tokyo, juga mengalami hal serupa saat Putri Sayako menikahi seorang pria dari kalangan rakyat biasa.

Sayako atau Puteri Nori, anak bungsu pasangan Kaisar Akihito dan Puteri Michiko, menikahi Yoshiki Kuroda, seorang pegawai pemerintah Metropolitan Tokyo, pada 15 November 2005. Putri Jepang meninggalkan tahta dan tidak lagi mewarisi status keluarga Kekaisaran Jepang. Dia kemudian bernama Kuroda Sayako.

Hal itu sesuai dengan Konstitusi Kekaisaran Jepang dan hukum di lingkungan Istana Akasaka, yang menyatakan bahwa siapapun perempuan anggota kerajaan yang menikahi rakyat biasa, harus meninggalkan kekaisaran.

Jika William dan Kate, belum cukup, maka masih ada lagi kisah serupa di Kerajaan Swedia, Denmark, Spanyol, Belanda, dan Norwegia. Agaknya perkawinan antara anggota keluarga berdarah biru dengan warga biasa semakin menjadi kelaziman di mana-mana.
 
Victoria, putri mahkota dari kerajaan Swedia menikahi Daniel Westling, di Katedral Stockholm, pada 19 Juni 2010. Wrestling adalah pelatih pribadi sang putri; kiranya mirip dengan peribahasan Jawa withing tresna jalaran saka kulina. Pernikahan mereka juga pas dengan peringatan ke-34 perkawinan orangtua Victoria.
 
Kerajaan Spanyol juga menikahkan Pangeran Felipe dengan mantan jurnalis CNN, Letizia Ortiz Rocasolano. Pernikahan berlangsung pada 22 Mei 2004 di Madrid itu akhirnya berujung pada perceraian. Pangeran Belanda, Willem Alexander, menikahi bankir investasi asal Argentina, Maxima Zorreguieta, pada 22 Februari 2002. Sementara itu, pernikahan kontroversial antara anggota kerajaan dengan rakyat biasa terjadi di Norwegia. (SDP-02)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011