Data genom dapat menjadi cetak biru (blue print) dari kehidupan karena memuat informasi privat mengenai asal muasal setiap makhluk yang berbeda-beda baik secara ras hingga keturunannya
Jakarta (ANTARA) - Hidup di bumi adalah impian semua makhluk yang ada di seluruh jagat raya. Bumi menjadi tempat yang kaya akan keberagaman, perbedaan-perbedaan muncul kepada setiap makhluk yang hidup di dalamnya.

Lihat saja perpaduan manusia yang berbeda satu sama lainnya. Dari yang berkulit hitam sampai putih, mata sipit atau besar dan rambut lurus atau keriting.

Lebih jauh lagi, terdapat ratusan atau mungkin ribuan spesies hewan seperti mamalia dan unggas juga tumbuhan yang dapat dikonsumsi hingga beracun yang tersebar seluruh daratan dan perairan yang ada.

Bahkan sebuah sifat dan cara bertahan hidup dari sebuah virus pun, dapat berbeda jika diteliti dari protein yang ada di sekeliling tubuhnya.

Keberagaman itulah yang akhirnya membuat para peneliti selalu dikejutkan dengan penemuan yang tak terduga dan terus mencari fakta-fakta baru kehidupan. Penemuan-penemuan yang lahir dari keberagaman itu, kemudian dituangkan para peneliti ke dalam sebuah mega data bernama data genom yang menyimpan seluruh informasi genetik (DNA/RNA) dari sebuah makhluk yang hidup di muka bumi.

Guru Besar Departemen Mikorbiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Amin Soebandrio berpendapat data genom merupakan kumpulan data yang menceritakan informasi tentang suatu makhluk dari yang mudah dilihat mata (fenotip) seperti warna kulit sampai yang tidak terlihat (genotip) yakni gen dalam tubuh.

Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman itu juga menjelaskan data genom dapat menjadi cetak biru (blue print) dari kehidupan karena memuat informasi privat mengenai asal muasal setiap makhluk yang berbeda-beda baik secara ras hingga keturunannya.

Keunikan data genom bahkan tidak berhenti sampai di sana. Mega data itu dapat ikut membantu para peneliti di seluruh dunia, untuk menganalisis pergerakan suatu virus yang mematikan juga menciptakan obat atau vaksin untuk menyelamatkan hidup manusia.

Genom dan COVID-19

Barangkali tidak akan pernah habis untuk dikulik, ternyata tidak hanya para peneliti yang tertarik dengan data genom. Presidensi G20 yang dipimpin oleh Indonesia pun tertarik hingga menjadikan data genom sebagai salah satu isu perbincangan mereka.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin misalnya, merasa diperlukan sebuah platform global berbagi data sekuens genom agar dapat diakses semua pihak apalagi dalam menghadapi masa pandemi COVID-19 yang sudah memasuki tahun ketiga menghantui masyarakat di seluruh dunia.

Ia mengatakan platform yang nantinya dibangun bisa digunakan untuk menghadapi pandemi karena virus yang menyebar secara cepat. Platform itu juga menjadi salah satu komponen yang diperlukan, untuk mencapai penguatan dari arsitektur kesehatan global yang lebih baik.

Pandangan senada disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) Badan Inovasi Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sandi Sufiandi.

Baca juga: Indonesia kirim 13 hasil whole genom sequencing ke data global

Baca juga: China umumkan data genom COVID-19 di Beijing, asalnya dari Eropa

Ia mengatakan berbagi data genom menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan karena dapat menolong warga dunia keluar dari pandemi COVID-19.

Menurut dia sebenarnya pada ajang G20 Indonesia bisa mendorong pemimpin dunia untuk menciptakan platform tersebut. Melalui platform itulah dunia dapat memperoleh solusi, agar virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat dikendalikan. Penemuan vaksin baru dan terapi suatu penyakit misalnya.

“Saya pikir itu adalah ide yang bagus karena tujuannya untuk pemanfaatan bersama. Misalnya untuk akses data yang sama, lalu bisa memperoleh misalnya solusi vaksin yang sama dan lain-lain jadi kita bisa equal (setara),” kata Sandi  Sufiandi.

Hanya saja untuk menyatukan data genom ke dalam sebuah platform memerlukan persiapan yang sangat rinci karena berhubungan dengan privasi setiap orang dan harus melalui berbagai tahapan etik.

Pembangunan platform bagi data genom haruslah memperhatikan tujuan bersama, jelas kepada siapa data itu dibagikan, sistem keamanan apa yang akan digunakan termasuk cara pengolahan dari setiap data yang digunakan dalam penelitian.

Berbeda dengan Sandi, Amin Soebandrio justru menyoroti setiap data genom yang ingin disatukan, haruslah memperhatikan secara rinci patogen dari data itu sendiri.

Apabila negara bertukar informasi mengenai data virus seperti Corona, data-data tiap negara harus disandingkan dan dipelajari untuk memprediksi sekaligus memetakan virus COVID-19.

“Pertama, kita dapat mempelajari tentu apakah virus yang sama sudah beredar di seluruh dunia, kedua kalau kita kaitkan kesamaan itu dengan waktu, maka kita bisa memprediksi pergerakan si virus asalnya dari mana,” kata Amin.

Manusia untuk manusia

Kalau berbicara mengenai penggunaannya, Amin hanya berpesan apabila G20 benar-benar menciptakan sebuah platform berbagi data genom, setiap pihak harus berpegang teguh pada kalimat "dari manusia untuk manusia".

Data genom merupakan hal yang sangat berharga bila dapat digunakan dan dibagikan bersama-sama. Tidak akan ada negara yang tertinggal karena setiap pemanfaatannya dapat menolong banyak nyawa di seluruh belahan dunia.

Para peneliti melalui data genom juga dapat meningkatkan kemampuannya melakukan diagnostik juga mengembangkan beragam obat baru sehingga penyakit-penyakit yang ada saat ini, dapat tertangani lebih baik di masa depan.

Amin menekankan jangan sampai data dengan tingkat privasi yang sangat tinggi itu digunakan untuk tujuan yang salah. Contohnya, menciptakan senjata biologis untuk menyerang suatu negara menggunakan virus mematikan.

Ataupun melakukan penelitian secara diam-diam di salah satu laboratorium untuk mengamati perkembangan virus yang memiliki sifat menular dan memunculkan penyakit di suatu negara. Jangan sampai menyembunyikan hal tersebut, katanya.

Pemanfaatan data genom haruslah berpegang teguh pada kejujuran, siapa yang melihat data dan untuk apa semua harus dilakukan secara transparan tanpa adanya kecurangan yang dapat menimbulkan kecurigaan antar pihak.

Sandi juga setuju dengan Amin, Ia menekankan agar dunia harus melakukan kesepakatan terlebih dahulu guna mengolah data genom tersebut. Regulasinya harus panjang dan betul-betul dipertimbangkan.

Terlalu banyak informasi yang dapat diperoleh dari satu data genom, kata Sandi, oleh karenanya sisi privat dan pemanfaatan data menjadi kedua indikator yang harus dicermati para pemimpin dunia secara serius dan mendalam.

“Kalau dari sisi hambatan, data sangat berharga untuk menunjukkan penyakit penyakit potensial yang muncul meski perlu dieksplor lebih jauh tapi banyak yang bisa kita peroleh. Jangan sampai yang berhak, tidak bisa mengakses atau yang tidak berhak bisa menggunakan data dan mengeksploitasi datanya karena itu kan amat sangat privat,” kata Sandi.

Pandemi COVID-19 telah menghancurkan hidup banyak orang. Setiap negara harus berpegangan tangan dan mengesampingkan sifat egoisnya untuk bersama-sama bangkit dari keterpurukan ini. Jangan harap pandemi akan selesai, bila solusi yang ditemukan bersama tidak diterapkan secara serentak.

Baca juga: Indonesia kirim 416 hasil pengurutan genom corona ke pusat data global

Baca juga: Ilmuwan muda minta data genom dan penanganan COVID-19 dipublikasikan

Baca juga: Menkes: Perlu dibentuk platform global berbagi data sekuens genom


 

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022