Harga pupuk kemudian terus melambung tinggi lantaran Rusia sebagai salah satu negara pengekspor pupuk terbesar dunia dalam situasi perang dengan Ukraina
Jakarta (ANTARA) - SVP Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana mengungkapkan penyebab harga pupuk yang melambung dikarenakan berbagai faktor dalam skala internasional yang peristiwanya sudah terjadi sejak pertengahan 2021.

Dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Senin, Wijaya mengungkapkan kenaikan harga pupuk bermula dari kebijakan China dan Rusia sebagai negara pengekspor pupuk dan bahan baku pupuk terbesar dunia menyetop ekspor untuk menjaga kebutuhan pupuk dalam negeri.

"China dan Rusia pada Agustus atau September tahun lalu menghentikan ekspornya. Padahal, mereka memegang pasar 20 hingga 30 persen di dunia," katanya.

Pupuk Indonesia masih membutuhkan bahan baku fosfor dan kalium yang harus diimpor dari negara lain dikarenakan sifatnya yang merupakan barang tambang. Biasanya, Pupuk Indonesia membeli bahan baku pupuk tersebut dari Rusia dan China.

Wijaya mengatakan harga pupuk melonjak signifikan ketika Rusia dan China membatasi ekspor pupuk. Hal tersebut diperparah lagi dengan tren kenaikan harga komoditas dunia, termasuk gas bumi yang menjadi salah satu bahan baku pupuk.

"Harga pupuk urea yang biasanya satu ton paling antara 300-500 dolar AS per ton, di akhir tahun 2021 harga urea sampai 1.000 dolar AS per ton," kata Wijaya. Begitu juga dengan fosfor dan kalium yang harganya sudah naik dua hingga tiga kali lipat dari harga sebelumnya.

Kenaikan harga pupuk juga terdampak dari permasalahan jasa logistik perkapalan yang sempat langka dan tarifnya melambung tinggi. Tarif logistik yang meningkat tersebut menyebabkan kenaikan harga pupuk.

Harga pupuk kemudian terus melambung tinggi lantaran Rusia sebagai salah satu negara pengekspor pupuk terbesar dunia dalam situasi perang dengan Ukraina. Hal itu menyebabkan pasokan bahan baku pupuk dan pupuk dunia kembali tersendat.

Kenaikan harga pupuk internasional sempat memberikan keuntungan besar bagi anak perusahaan Pupuk Indonesia yakni PT Pupuk Kalimantan Timur yang mengekspor urea ke luar negeri. Namun, Wijaya mengatakan keuntungan tersebut tak bertahan lama lantaran Pupuk Kaltim harus menghentikan ekspor demi mengamankan pasokan pupuk dalam negeri.

Harga pupuk urea yang dijual Pupuk Indonesia di dalam negeri pun jauh lebih murah dibandingkan dengan harga internasional, yakni Rp9,5 juta per ton dibandingkan harga internasional yang sekitar Rp18 juta per ton.

Baca juga: Pupuk Indonesia akan gunakan "barcode" cegah penyelewengan distribusi
Baca juga: Pupuk Indonesia sebut bahan baku aman pastikan harga tak naik
Baca juga: Pupuk Indonesia tingkatkan efisiensi produksi-hilirisasi produk

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022