Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan bahwa pemerintah masih menjadikan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai salah satu opsi untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan sekitar 23 persen pada tahun 2025.

Saat beraudiensi dengan pemimpin Last Energy di Jakarta, Selasa, Moeldoko menekankan bahwa pengembangan PLTN membutuhkan kajian mendalam, apalagi sampai saat ini kekhawatiran masyarakat terhadap penggunaan energi nuklir masih besar.

"Indonesia memang sedang transisi energi ke energi baru terbarukan, termasuk potensi uranium dan thorium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Tapi kita harus hati-hati menggunakan istilah nuklir di masyarakat. Butuh edukasi dan sosialisasi," kata Moeldoko sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis Kantor Staf Presiden.

Moeldoko mengemukakan bahwa pembangkit listrik modular skala kecil bertenaga nuklir yang sedang dikembangkan oleh Last Energy cocok digunakan di kepulauan.​​​​​​​

"Banyak pulau-pulau kecil yang memerlukan energi listrik tidak terlalu besar dan tidak dapat terhubung dengan transmisi listrik utama, sehingga butuh penyedia-penyedia listrik berskala kecil," katanya.

Wakil Presiden Last Energy Adam Zuckerman, yang datang ke Kantor Staf Presiden bersama Mantan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa perusahaannya mengenalkan sistem pembangkit listrik rendah emisi berbasis modular nuklir modern.

"Dengan menggunakan desain modular yang terstandardisasi, kami memberikan listrik yang nol emisi dan bisa mendekarbonisasi industri dengan cepat. Kami menggunakan teknologi reaktor air tekan," katanya.

Menurut Adam, penggunaan teknologi modular membuat pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir tidak membutuhkan lahan luas.

Sementara itu, mantan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro berharap pemerintah mulai memikirkan nuklir sebagai alternatif sumber energi masa depan dan tidak lagi menempatkannya sebagai opsi terakhir.

Dia mengutip data dari situs world-nuclear.org yang menyebutkan bahwa 50 negara di dunia telah mengoperasikan PLTN untuk memenuhi kebutuhan listrik.

"Energi nuklir memiliki porsi sebesar 10 persen terhadap elektrifikasi di dunia, dengan sebanyak 440 reaktor nuklir yang beroperasi," kata Bambang.

Baca juga:
PLN: Dedieselisasi akan mereduksi emisi dan meningkatkan bauran energi
Kementerian ESDM dorong pembangunan PLTS di pondok pesantren

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022