Kita perlu waspada, tidak boleh jumawa
Jakarta (ANTARA) - Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD KHOM menyebut pemakaian masker masih diperlukan pada kondisi peralihan dari pandemi COVID-19 ke endemi saat ini.

"Kita sudah melalui puncak Omicron dan sekarang masuk peralihan untuk endemi. Yang belum dari kita untuk kondisi endemi adalah masih mengenai (pemakaian) masker," ujar dia dalam webinar bertajuk “Persiapan Keluarga untuk Transisi Masa Pandemi ke Endemi”, Selasa.

Prof. Zubairi menjelaskan, syarat tercapainya status endemi COVID-19 salah satunya risiko penularan yang rendah. Kondisi ini dapat diterjemahkan ke dalam angka kepositifan atau positvity rate mingguan yang kurang dari 3 persen.

Indonesia pada Desember hingga Januari lalu pernah mencapai kurang dari 1 persen, namun saat kasus Omicron naik, angka kepositifan juga ikut melonjak hingga mencapai 40 persen.

"Sekarang sudah mulai turun namun belum mencapai yang disebut risiko penularan yang amat rendah, belum sampai 3 persen," kata Prof. Zubairi.

Syarat kedua tercapainya endemi yakni vaksinasi usia dewasa dan usia lanjut lebih dari 70 persen. Menurut Prof. Zubairi, target ini tercapai pada kelompok usia di bawah 60 tahun dan hasil sebaliknya pada kelompok usia di atas 60 tahun.

Di sisi lain, keterisian keterisian tempat tidur (Bed Occupation Rate atau BOR) juga perlu berada pada angka rendah demi tercapainya endemi. Di Indonesia, angka BOR dikatakan sudah rendah namun belum merata di seluruh wilayah.

Menurut Prof. Zubairi, kendati kasus baru COVID-19 di Indonesia saat ini berada pada angka 1.196 kasus atau lebih rendah dari sebelumnya yang pernah mencapai puluhan ribu termasuk pada Juli 2021 (sekitar 56 ribu), bukan berarti membuat masyarakat lengah.

"Peraturan harus ditegakkan dengan baik, perlu didisiplinkan. Kita lihat di Amerika, Australia kalau kita lihat sebelum endemi sudah banyak yang tidak pakai masker. Kita perlu waspada, tidak boleh jumawa, terlalu percaya diri," kata dia.

Di masa peralihan ini, Prof. Zubairi mengingatkan mereka yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap untuk segera melengkapi dosisnya termasuk booster bagi orang yang sudah menerima dosis primer.

Di sisi lain, pertemuan dengan orang lain di luar yang serumah sebaiknya diupayakan di luar ruangan. Kalau pun terpaksa dilakukan di dalam ruangan, maka sebaiknya pastikan sirkulasi udara bagus, termasuk membuka jendela-jendela walaupun ruangan dipasangi AC. Perilaku hidup bersih dan sehat seperti rutin mencuci tangan dan menutup hidung serta mulut saat batuk atau bersin juga tetap perlu diterapkan.

"Pakai masker bila keluar rumah masih perlu, kalau di kendaraan umum wajib. Kalau nanti sudah endemi kalau kita berolahraga di lapangan atau ruangan terbuka ya tidak perlu lagi nantinya. Namun di kendaraan umum wajib (pakai masker)," kata Prof. Zubairi.

Selain itu, dia juga menyarankan masyarakat mengurangi mobilitas ke uar rumah bila tak begitu penting.

Kemudian, terkait vaksinasi keempat atau booster kedua, maka ini bisa dimungkinkan salah satunya karena tidak semua mereka yang mendapatkan booster pertama memiliki respon imunitas sebaik orang lain.

"Vaksinasi keempat perlu? mungkin sekali perlu karena tidak semua orang yang divaksinasi booster respon imunitasnya bagus banget. Ada yang gagal, yang gagal perlu keempat, yang kekebalannya rendah (seperti pasien kanker belum remisi lengkap, orang dengan HIV yang belum mulai pengobatan dan orang dengan penyakit autoimun)," papar dia.

Prof. Zubairi menambahkan, jika nantinya endemi tercapai maka bukan berarti masyarakat bisa kembali ke kehidupan sedia kala. Menurut dia, status endemi adalah tindakan pengendalian keberlanjutan.

Baca juga: Masyarakat tetap gunakan masker saat beraktivitas di bulan Ramadhan

Baca juga: Satgas COVID-19 ajak masyarakat tetap disiplin prokes saat Ramadhan

Baca juga: Luhut ingatkan pemakaian masker waspadai varian baru omicron

 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022