Jayapura (ANTARA News) - Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Lukas Enembe menyatakan, daerah yang dia pimpin dan juga Kabupaten Mimika dijadikan pusat perjuangan fisik bersenjata kelompok yang berjuang Organisasi Papua Merdeka (OPM).

"Banyak organisasi dan model perjuangan untuk Papua merdeka, di dalam dan luar negeri, ada yang lewat dialog dan lainnya. Tetapi, pusat perjuangan fisik mereka yakni di Puncak Jaya dan Mimika," katanya di Mulia, Jumat.

Menurut Lukas Enembe, saat ini semakin intens dan banyak kelompok perjuangan secara fisik dengan menggunakan senjata di daerah yang dia dan wakil bupatinya Henok Ibo pimpin bersama itu, dengan berbagai jumlah serta model senjata yang digunakan.

"Jadi senjata yang dipakai Kelompok Sipil Bersenjata yang termasuk organisasi Papua Merdeka (OPM) di Puncak Jaya, bukan saja hasil rampasan dari aparat keamanan disini, tetapi juga dari semua daerah di Papua yang dikirim kesini. Ya karena memang disini pusat perjuangan bersenjata mereka," tuturnya.

Terkait hal tersebut, Lukas Enembe menambahkan, Negara perlu ikut terlibat dalam menangani masalah di Puncak Jaya itu, karena sudah menjadi masalah kedaulatan Negara sendiri.

"Kelompok sipil ini terus berkembang dan menjadi ancaman. Negara juga harus terlibat menanganinya, karena adalah masalah nasional. Kalau hanya perang suku, saya sendiri bisa menyelesaikan," ujar Lukas Enembe yang mengaku siap mati demi NKRI.

Sementara situasi Puncak Jaya hingga kini sangat kondusif. Aparat keamanan masih tampak siaga.

Sebelumnya kelompok pimpinan Purom alias Okinak Wonda lewat surat yang dikirimnya pada bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe, mengaku bertanggungjawab atas aksi teror, penembakan yang menewaskan Kapolsek Mulia, Kombes Dominggus Awes, dan pembakaran kantor Ketahanan Pangan di Mulia.

Kabupaten Puncak Jaya adalah salah satu daerah yang terletak di Pegunungan Papua, yang baru genap berusia 15 tahun pada tanggal 8 Oktober 2011.

Topografinya yang sulit serta cuaca relatif ekstrim seperti daerah di Pegunungan Papua lainnya, membuat daerah ini hanya bisa dijangkau dengan penerbangan perintis pesawat berbadan kecil.  (MBK/M019)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011