Surabaya (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur mendorong program Lumbung Pangan Nusantara yang digagas Pemprov Jatim untuk ambil bagian dalam perhelatan Presidensi G20.

"Bagi Jatim, perhelatan G20 jangan hanya lewat saja, perlu mengambil bagian, salah satunya mendorong Lumbung Pangan Nusantara melalui penguatan suplai, kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan," kata Kepala BI Jatim, Budi Hanoto di Surabaya, Rabu.

Ia mengatakan, dalam gelaran G20 terdapat tiga isu utama yang menjadi pokok bahasan, masing-masing bagaimana mendorong produktivitas, stabilitas ekonomi dan menginklusifkan perekonomian.

Budi menjelaskan, BI Kantor Perwakilan Jawa Timur juga telah menyiapkan strategi untuk ikut menyukseskan gelaran Presidensi G20, terutama dalam mendorong tiga isu utama pemulihan ekonomi dunia.

Strategi yang akan dilakukan BI Jatim menyambut G20 yakni melalui kegiatan yang dirancang tahun 2022, seperti pra- Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI), East Java Economy Forum, program Bangga Buatan Indonesia (BBI), program East Java Invesment, serta Festival Ekonomi Syariah (Fesyar).

"Dari pagelaran itu misalnya East Java Economic Forum, di sana akan banyak ahli ekonomi yang akan mengumpulkan jurnal untuk diserahkan kepada Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa sebagai acuan bagaimana meningkatkan perekonomian Jatim, dan dari pagelaran itu tentunya Jatim akan mendapat bagian," katanya.

Budi menegaskan, bagaimana Jatim menjadi Leading Export melalui upaya yang dilakukan Pemprov Jatim, misi dagang ke berbagai daerah untuk meningkatkan neraca perdagangan, dan Program Lumbung Pangan Nusantara.

"Selain itu, bagaimana mendigitalisasikan seluruh sektor produktif, termasuk meningkatkan UMKM dan ekonomi Syariah, dan pariwisata Jatim," katanya.

Budi mengakui, bahwa kondisi global saat ini terdapat pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang antara negara maju dengan negara berkembang.

Dulu, negara maju memiliki pertumbuhan ekonomi 6 - 7 persen, tetapi saat ini pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan China sangat tinggi, sebaliknya negara berkembang termasuk Indonesia hanya sekitar 2 - 3 persen akibat dampak pandemi.

Oleh karena itu, dalam G20 isu produktivitas harus didorong karena setelah pandemi produktivitas nasional turun.

"Bagaimana juga bank sentral meningkatkan stabilitas ekonomi, lalu memastikan pertumbuhan ekonomi itu bisa sustainable, inklusif dan merata sejalan dengan jargonnya G20 Recover Together, Recover Stronger," katanya.

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022