Sentani (ANTARA News) - Proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk elektronik di dua distrik di Kabupaten Jayapura, Papua, terhambat karena mesin yang digunakan mengalami kerusakan.

"Dua distrik tersebut, masing-masing distrik Nimboran dan distrik Sentani Barat," kata Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayapura Marthen Parinding, di Sentani, Jumat.

Dia mengatakan, akibat kerusakan perangkat tersebut, pembuatan e-KTP di dua distrik itu terhenti untuk sementara.

"Pembuatan e-KTP di Kabupaten Jayapura tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena kerusakan mesin seperti server dan alat periksa mata," katanya.

Ia mengatakan, untuk perbaikan mesin yang rusak tersebut telah diambil oleh pihak konsorsium sebagai pemenang tender program tersebut karena masih garansi sehingga perbaikannya adalah tanggung jawab mereka.

Dia menjelaskan, kendala lain yang mengakibatkan terlambatnya pembuatan e-KTP di Kabupaten Jayapura adalah masih kurangnya sumber daya manusia bagi tenaga operasional.

"Tenaga operator kurang memahami dan menguasai mesin pembuatan e-KTP sehingga hal ini juga salah satu penyebab terlambatnya pembuatan e-KTP," katanya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan pelatihan dan pembekalan bagi tenaga operator di tingkat distrik, dengan mendatangkan pihak konsorsium sebagai penanggung jawab program nasional tersebut.

Menurut Marthen, sejak diluncurkan pada 8 Oktober lalu oleh Bupati Jayapura, pembuatan e-KTP baru mencapai 1.050 orang, dengan rincian Distrik Sentani 575 orang, Sentani Timur 235, Sentani Barat 30 0rang dan Waibu 210.

Sementara dari distrik lain, kata dia, belum ada yang melaporkan berapa jumlah masyarakat wajib e-KTP yang sudah dilayani.

Padahal jangka waktu yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk pembuatan e-KTP tinggal dua bulan lagi, sementara masyarakat wajib KTP yang akan dilayani di daerah ini kurang lebih sebanyak 97.301 orang yang tersebar di 19 distrik.

Jumlah yang tertinggi berada di Distrik Sentani yang mencapai 45.894 orang atau 47 persen dari jumlah penduduk keseluruhan.  (HLM/S023)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011