Semarang (ANTARA News) - Rama Satria and The Electric Mojos, band beraliran blues yang dipunggawai Rama Satria memukau penikmat blues Kota Semarang, Jumat (28/10) malam, dengan "cabikan" gitarnya yang liar.

Berkali-kali band yang digawangi Rama Satria, sebagai gitaris sekaligus vokalis, Joshua Satria sebagai drummer, dan Jansen Silalahi bassis itu menampilkan permainan teknik yang menghasilkan nada-nada khas.

Tembang pertama berjudul "Mojois Cum" dilahap empuk dengan irama blues kental, dipadu lengkingan melodi Rama Satria membuat para penonton yang memadati Hotel Ciputra Semarang nampak mulai bersemangat.

Melihat penonton antusias, Rama kian "beringas" memainkan jemarinya di antara dawai-dawai gitar, nada-nada bertempo cepat pun disantapnya dengan mudah, mengimbangi permainan bass Jansen dan drum Joshua.

Tembang-tembang blues, seperti "Love Hate Relationship", "Number Nine", dan "Campagne and River" dimainkan secara apik, dan penonton yang didominasi kalangan muda terlihat menyimak lagu demi lagu yang dilantunkan.

Rama memang hanya sesekali terlihat berinteraksi secara oral dengan penonton, karena hampir seluruh penampilannya langsung menyuguhkan permainan gitar, tentunya dengan teknik-teknik yang nampak rumit.

Tak puas dengan permainan gitar menggunakan tangannya, Rama sesekali "merelakan" lidahnya untuk memetik dawai-dawai gitar yang membuat penonton langsung menghadiahkan aplaus beruntun atas penampilannya.

Gaya khas Rama dengan setelan kaos hitam dan jins sobek-sobek masih dipertahankannya dalam penampilannya kali itu. Band asal Jakarta yang sempat vakum rekaman sejak 1999 itu tampil dengan sangat atraktif.

Band yang corak bermusiknya banyak dipengaruhi Jimi Hendrix itu menampilkan setidaknya tujuh lagu dalam konser yang berlangsung di lobi hotel, termasuk "Tabasco Woman", "Tin Pan Ally", dan "Hear My Train Coming".

Selain aksi menggunakan lidahnya untuk memetik gitar, Rama juga menyuguhkan aksi mencabuti dawai-dawai gitarnya di akhir penampilannya, dan penonton menyambut purna konsernya kali itu dengan "standing applause".

General Manager Hotel Ciputra Semarang, Budi Irianto mengaku pihaknya memang ingin memasyarakatkan genre-genre musik yang selama ini mungkin masih asing di telinga masyarakat, seperti jazz dan blues.

"Setelah sukses dengan agenda musik rutin menghadirkan jazz dalam `Jazzy Lounge`, kami rasa musik blues akan mendapatkan antusiasme dari penonton Semarang, khususnya penikmat setia musik asal Amerika itu," katanya.

Untuk pergelaran kali ini, kata Budi, diberi titel "House of Blues" yang diyakini mampu menggebrak dan memasyarakatkan musik blues secara lebih luas ke masyarakat, termasuk untuk menghibur para tamu hotel. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011