Jakarta (ANTARA) -
Garda Pemuda NasDem meminta aparat kepolisian untuk menghukum seberat-beratnya kepada pelaku penipuan trading dan berkedok investasi Binary Option karena telah memakan ribuan korban masyarakat dengan nilai yang sangat fantastis.
 
"Pelaku harus dihukum berat karena uang masyarakat yang dikumpulkan itu tidak bisa kembali padahal banyak korban yang mendapatkan modal dari hasil meminjam dari bank," kata Plh Ketua Umum Garda Pemuda NasDem Kresna Dewanata Phrosakh dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis.
 
Fenomena tersebut, lanjut Kresna, sekaligus menunjukkan betapa literasi digital masyarakat Indonesia masih menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah, meskipun dia mengapresiasi Kemenkominfo yang tengah secara massif memberikan pendidikan literasi digital melalui berbagai webinar di tanah air.
 
Anggota Komisi I DPR RI ini mengakui ada sekitar 25 persen pengguna yang memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk memamerkan pencapaian dan keberhasilan karena prilaku sebagian masyarakat cenderung haus pengakuan dari orang lain.
 
"Kalau dulu pengakuan itu muncul dari sebuah tindakan baik, namun saat ini cukup mengunggah foto atau video, sudah banyak 'like', padahal pemberian 'like' di medsos bisa lahir dari kedekatan hubungan pertemanan yang terkesan tidak tulus," kata Kresna dalam acara Seminar Literasi Digital Menyikapi Fenomena Crazy Rich di Media Sosial yang diselingi acara buka puasa bersama dengan anak yatim-piatu, di Akademi Bela Negara Jakarta, Rabu (13/4).

Baca juga: Ini daftar publik figur segera diperiksa penyidik terkait DNA Pro
Baca juga: Komisi VI DPR desak Bappebti serius tangani kasus robot trading ilegal
Baca juga: Perhatikan tiga hal ini sebelum mulai investasi secara daring

 
Kresna menyebut problemnya ada di flexing (pamer), karena sebenarnya "crazy rich" memiliki makna ganda, yaitu orang yang memiliki kekayaan luar biasa dan cenderung bicara bagaimana dia bekerja dan menjadi kaya, bukan fokus pada kekayaan yang dimilikinya dan orang kaya yang bersifat eksentrik dan unik dengan cara menunjukkan kekayaannya dengan menyumbang dalam jumlah yang tidak wajar.
 
Menurutnya, pelaku flexing yang menelan korban ribuan orang ini memanfaatkan minimnya literasi digital masyarakat dengan cara menonjolkan kepuasan diri atas pengakuan orang lain untuk kemudian dikapitalisasi menjadi sebuah upaya jahat yang merugikan banyak orang.
 
"Banyak orang akhirnya terobsesi untuk menjadi kaya dengan cepat akibat dari pengaruh media sosial dengan literasi digital yang minim," katanya.
 
Oleh karena itu, Kresna mengajak semua pihak untuk terus menerus memperkuat literasi digital di tengah masyarakat.
 
Terkait dengan kegiatan buka bersama dan santunan yatim piatu, Ketua Bidang Keagamaan DPP Garda Pemuda NasDem Chepy Aprianto mengatakan sebagai wujud kepedulian serta kepekaan sosial terhadap masyarakat kurang mampu terutama anak-anak yatim piatu, GP NasDem secara rutin melaksanakan santunan yang dibarengi dengan buka bersama antar pengurus dan kader.
 
"Setiap tahun di bulan suci Ramadhan, DPP Garda Pemuda NasDem selalu melakukan kegiatan buka puasa bersama yang diikuti dengan santunan kepada anak yatim. Hanya saja kemasannya selalu berubah menyesuaikan dengan kondisi. Nah, kali ini rangkaian kegiatan dilakukan dengan berbagai kegiatan mengingat kondisi yang sudah pandemi yang sudah lebih longgar," ucapnya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2022