Jakarta (ANTARA News) - Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2011 akan mencapai 6,5 persen.

"Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2011 diperkirakan sebesar 6,5 persen, dan barangkali kita bisa ke 6,6 persen," ujarnya dalam pemaparan di Jakarta, Senin.

Bambang menambahkan, target tersebut dapat tercapai karena fundamental ekonomi Indonesia dalam keadaan baik dengan laju inflasi terjaga pada angka 4,9 persen.

Selain itu, menurut dia, pertumbuhan ekonomi 2012 dapat mencapai 6,7 persen mempertimbangkan membaiknya daya beli masyarakat seiring terjaganya laju inflasi, serta peningkatan sarana infrastruktur dan kapasitas industri nasional.

Angka tersebut, lanjut dia, juga telah mewaspadai gejolak dan pelambatan ekonomi global akibat krisis finansial di Amerika Serikat dan Eropa.

"Kita belum simulasi bagaimananya tapi kita patok pertumbuhan 6,7 persen dengan memantau faktor eksternal terutama terkait ekspor dan investasi asing di Indonesia," ujarnya.

Ia menjelaskan kondisi perekonomian dunia pada 2012 yang diperkirakan masih dibayangi oleh pelambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, namun negara berkembang di ASEAN diperkirakan masih tumbuh di atas 5 persen.

"Pelambatan tersebut diperkirakan akan mempengaruhi penurunan volume perdagangan dunia dari 7,5 persen pada 2011 menjadi 5,8 persen pada 2012," kata Bambang.

Bambang menjelaskan apabila pertumbuhan ekonomi AS melambat satu persen, maka Indonesia dan India terkena dampak pelambatan ekonomi 0,1 persen yang termasuk rendah dibandingkan negara lain di Asia.

"Kita lihat simulasi, kalau pertumbuhan AS turun satu persen, Indonesia dampaknya perlambatan ekonomi 0,1 persen. Singapura 0,8 persen cukup besar. Malaysia, Korea, Taiwan, Hong Kong 0,4 persen. Filipina Thailand 0,3 persen, China 0,2 persen. Pasti akan ada dampak tapi relatif kecil daripada kebanyakan negara di Asia Timur," katanya.

Sedangkan, ia menambahkan, permasalahan utang di negara Eropa seperti Portugal, Italia, Irlandia, Yunani dan Spanyol diperkirakan masih berlanjut hingga 2014.

Menurut Bambang, krisis utang tersebut juga diperkirakan akan menjalar ke sektor perbankan sehingga dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor.

"Kendati demikian, perkembangan terkini menunjukkan sinyal positif sebagai dampak tercapainya kesepakatan negara Eropa untuk memangkas utang Yunani dan meningkatkan dana penyelamatan," ujarnya.

Sementara, pertumbuhan Asia keseluruhan diperkirakan akan melambat karena penurunan ekspor dan perlambatan investasi swasta pada 2012.

Namun, konsumsi masih akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di kawasan negara berkembang, sedangkan nilai tukar mata uang sebagian besar negara Asia terhadap dolar AS terus menguat dan indeks harga saham cenderung melemah.  (S034/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011