Jakarta (ANTARA News) - Warga di bawah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang bertahan melakukan aksi mogok makan dengan menjahit mulutnya sendiri di Jakarta hingga Minggu siang ini tinggal satu orang. "Peserta mogok makan sekarang ini sudah tinggal satu orang, setelah dua orang lainnya terpaksa dilarikan ke rumah sakit," kata Koordinator Advokasi Solidaritas Korban SUTET, Mustar Bona Ventura, kepada ANTARA News, Minggu. Seorang peserta mogok makan yang masih bertahan di Posko Selamatkan Rakyat Indonesia (SRI) di Jalan Diponegoro 58, Jakarta itu adalah Kuswiyanto (25), warga Ungaran, Jawa Tengah yang sudah memasuki hari keenam. Sedang dua orang lainnya yang mengakhiri aksi mogok makan karena kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan adalah Yani Kurniasih, warga Cihanjuang, Sumedang, Jawa Barat dan Junaidi, warga Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Menurut Mustar, Yani Kurniasih terpaksa dilarikan ke UGD RS Cikini, Sabtu (18/2) setelah menderita gangguan ginjal, sedang Junaidi, Minggu pagi menyusul rekannya setelah lambungnya mengalami luka. Yani Kurniasih mengakhiri aksinya setelah bertahan tidak makan dan tidak minum di Posko SRI selama 22 hari, sedang Junaidi selama 13 hari. "Sampai saat ini kedua orang tersebut masih menjalani perawatan intensif di RS Cikini," kata Mustar. Sementara itu dua orang warga Semarang, yakni Sugeng dan Didit akan meneruskan aksi mogok makan teman-temannya itu dengan menjahit mulutnya sendiri di Posko SRI yang menempati halaman eks kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro 58 Jakarta itu. "Sekarang ini mereka bersiap-siap melakukan aksi mogok makan, tinggal menunggu tim medis yang hendak menjahit mulut mereka," ujar Mustar. Meski sejak akhir bulan Desember 2005 lalu mereka melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes untuk menuntut ganti rugi lahan yang dilalui jaringan SUTET, namun sampai sekarang belum ada upaya penyelesaian dari pemerintah. Selama berada di Posko SRI, para peserta aksi mogok makan mendapatkan dukungan moral yang terus mengalir dari sejumlah elemen masyarakat mulai dari anggota legislatif, tokoh masyarakat, aktivis mahasiswa, pimpinan partai politik, artis, seniman hingga budayawan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006