Nairobi (ANTARA News) - Gerilyawan Al-Shabaab Somalia menyatakan, Kamis, mereka membangun pertahanan yang akan menjebloskan pasukan Kenya ke dalam "perang tanpa akhir".

Pasukan dan tank Kenya bulan lalu menyerbu Somalia selatan yang dikuasai Al-Shabaab untuk memerangi gerilyawan tersebut dan mengurangi kemampuan mereka dalam melancarkan serangan-serangan lintas batas.

"Mujahidin Al-Shabaab akan membela Somalia, dan akan menempatkan Kenya ke dalam perang tanpa akhir," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan mengalahkan kalian seperti yang diderita negara-negara besar lain ketika mereka menyerang Somalia. Kalian akan melihat akibatnya," kata pernyataan itu.

Militer Kenya mengklaim gerilyawan Al-Shabaab telah menerima tiga kiriman senjata dan amunisi melalui udara pekan ini, dan memperingatkan penduduk di 10 kota Somalia untuk meninggalkan daerah-daerah Al-Shabaab menjelang serangan mereka.

"Kami akan segera mengacaukan pengiriman senjata dan memastikan bahwa pesenjataan itu tidak efektif," kata juru bicara militer Kenya Mayor Emmanuel Chirchir dalam pesan yang dipasang di Twitter pada Kamis.

Namun, militan membantah tuduhan pengiriman udara itu dan menyebutnya sebagai alasan Kenya untuk mensahkan kematian warga sipil menjelang serangan mereka.

Kenya telah menyatakan akan menyelidiki laporan mengenai kematian warga sipil ketika pesawat-pesawat tempur mereka menyerang kota Jilib pada akhir pekan, dimana badan bantuan Dokter Tanpa Perbatasan menyebutkan lima warga sipil tewas.

Pasukan Kenya pada Minggu (16/10) meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.

Senin (17/10), Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.

Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.

Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.

Kamis (13/10), dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.

Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011