Jenewa (ANTARA News) - Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Jumat, menyampaikan penyesalannya atas tenggelamnya kapal pencari suaka Timur Tengah di lepas pantai Indonesia yang menimbulkan korban jiwa, dan menyeru negara-negara di dunia untuk berbuat lebih banyak guna mengatasi masalah itu.

Perahu, yang membawa para pencari suaka dari Afghanistan, Iran, dan Pakistan, terbalik pada Selasa lalu di luar perairan Jawa dalam perjalanan ke Kupang di kawasan timur Indonesia, yang merupakan titik transit utama para pengungsi itu sebelum berusaha mencapai Australia.

Para pejabat di Indonesia menyebutkan kelebihan muatan, kebocoran perahu, angin kuat serta gelombang setinggi 2,5 meter sebagai penyebab tenggelamnya kapal, demikian AFP.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, yang mengatakan sedikitnya sembilan orang tewas dalam insiden itu, menambahkan, "insiden ini menggarisbawahi sekali lagi suatu langkah-langkah putus asa yang bersedia ditempuh oleh orang-orang dalam upayanya untuk mencari perlindungan atau kehidupan yang lebih baik di masa depan."

"Ini juga menambah urgensi pada seruan UNHCR kepada masyarakat internasional untuk bekerja sama lebih erat lagi dalam menangani migrasi tidak teratur dan memberikan perlindungan dan solusi untuk pengungsi, sehingga menghindarkan individu dari melakukan perjalanan berbahaya seperti dengan kapal," katanya dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu mengutip pernyataan pihak berwenang di Indonesia yang mengatakan bahwa mayat empat anak dan lima wanita telah ditemukan, sementara jumlah yang hilang masih belum diketahui.

"Diperkiraan ada antara 60 hingga 100 orang di kapal yang kelebihan beban itu - yang tampaknya hanya berkapasitas 30 penumpang - ketika kapal itu terbalik dalam cuaca buruk dan laut yang keras," kata pernyataan itu.

"Berkat tindakan cepat oleh angkatan laut Indonesia, 47 orang berhasil diselamatkan."

UNHCR memuji pemerintah Indonesia dan Kantor Internasional PBB untuk Migrasi yang menyediakan obat-obatan, makanan, pakaian dan dukungan psikologis untuk para korban trauma.

Ribuan pencari suaka kepala melalui negara-negara Asia Tenggara sebelum mencapai Australia setiap tahun, dan berhubungan dengan jaringan penyelundupan manusia di Indonesia untuk melakukan pelayaran berbahaya.

Canberra telah gagal dalam upayanya untuk mendirikan sebuah pusat pengelolaan kawasan di negara-negara tetangganya dalam upaya untuk mengurangi aliran pencari suaka ke Australia.
(G003/Z002) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011